Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Dibanding Pria, Wanita Cenderung Lebih Merasa Jijik terhadap Seks
12 September 2018 20:13 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB

ADVERTISEMENT
Sudah ada banyak riset yang membuktikan seks bermanfaat terhadap tubuh manusia. Namun menurut hasil riset terbaru, ada sekelompok orang yang menganggap bahwa seks itu menjijikkan, dan penyebab dari anggapan tersebut adalah evolusi.
ADVERTISEMENT
Dilansir Business Insider, riset terbaru yang dipublikasikan di jurnal Philosophical Transactions of the Royal Society menemukan bahwa ada enam jenis rasa jijik yang berbeda. Dan dibanding pria, kaum hawa memiliki rasa jijik yang lebih besar pada keenam kategori rasa jijik tersebut.
Dijelaskan, salah satu dari enam kategori tersebut adalah seks. Sementara kategori rasa jijik lainnya adalah penampilan atipikal, penampakan luka, kebersihan badan, makanan, dan hewan.
Dalam riset ini, para peneliti mempelajari lebih dari 2.500 orang dengan cara memberikan mereka 74 skenario berbeda. Dalam masing-masing skenario mereka diperlihatkan seseorang yang sedang sakit, diperdengarkan suara bersin, atau suara-suara tubuh lainnya. Para peserta kemudian diminta untuk menilai seberapa jijik mereka dalam skala dari "tidak jijik" hingga ke "merasa jijik ekstrem".
ADVERTISEMENT
Ditemukan bahwa luka infeksi merupakan skenario paling menjijikan bagi para peserta. Skenario tersebut diikuti oleh pelanggaran norma sosial kebersihan tubuh, seperti bau badan.

Sebenarnya para peneliti telah lama menganggap rasa jijik sebagai emosi yang berevolusi untuk membantu kita dalam menghindari infeksi. Anggapan ini dikenal dengan sebutan "parasite avoidance theory". Namun riset terbaru ini memberikan dugaan baru bahwa rasa jijik juga timbul berdasarkan norma sosial yang kita pegang.
"Kita mengetahui bahwa emosi rasa jijik baik bagi kita. Rasa jijik distruktur untuk mengenali dan merespons ancaman infeksi demi melindungi kita," ujar Val Curtis, salah satu peneliti dalam riset ini, kepada Business Insider.
"Perilaku menghindari penyakit ini banyak ditemukan pada hewan, dan hal itu membuat kami menduga bahwa perilaku telah ada sejak zaman dahulu kala," tambah dia.
ADVERTISEMENT
Selain itu, para peneliti juga menemukan bahwa dibanding pria, perempuan menilai semua kategori lebih menjijikan. Menurut peneliti, hal ini konsisten dengan tendensi kaum pria untuk mengambil risiko.

Para perempuan dalam riset menganggap bahwa perilaku seksual berisiko dan hewan pembawa penyakit sebagai skenario paling menjijikan.
"Meski kita baru memahami bagaimana sebuah penyakit di abad ke-19 menyebar, sangat jelas dari hasil riset bahwa orang-orang sejak dahulu memiliki naluri intuitif untuk menghindari suatu hal berbahaya di lingkungannya," ujar Micheal de Barra, profesor psikologi di Brunel University London.
"Evolusi panjang kita, yang ditemani dengan penyakit, telah membuat kita memiliki sebuah intuisi untuk menghindari suatu hal yang menyebabkan infeksi," tambah dia.