Dikira Tahi Burung, Ternyata Laba-laba Predator

26 Agustus 2021 8:10 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Laba-laba kotoran burung Phrynarachne ceylonica betina sedang melindungi telurnya. Foto: Akio Tanikawa via Wikimedia Commons (CC BY SA 2.5)
zoom-in-whitePerbesar
Laba-laba kotoran burung Phrynarachne ceylonica betina sedang melindungi telurnya. Foto: Akio Tanikawa via Wikimedia Commons (CC BY SA 2.5)
ADVERTISEMENT
Laba-laba ini punya bentuk dan bau seperti tahi burung, secara harfiah. Dan di balik rupa yang tidak berbahaya tersebut, peneliti menemukan bahwa sang laba-laba memanfaatkannya untuk menangkap mangsa.
ADVERTISEMENT
Laba-laba tersebut, yang dikenal umum sebagai laba-laba kotoran burung (bird-dung spider), merupakan hewan yang hidup di wilayah Asia Tenggara. Sejak lama, para peneliti telah mengetahui bahwa mimikri dari genus laba-laba Phrynarachne ini digunakan olehnya untuk berlindung dari predator.
Namun, ternyata kamuflase tahi burung dari laba-laba kotoran burung punya fungsi lain. Riset terbaru dari jurnal Current Zoology pada Juli 2021 menemukan bahwa mimikri jadi kotoran burung digunakan laba-laba ini untuk memangsa hewan lain.
Riset yang dibuat peneliti China dan Singapura ini berangkat dari hipotesis penelitian terdahulu yang menyebut bahwa penyamaran laba-laba kotoran burung dapat menarik serangga buruannya. Namun, sampai riset itu dibuat, tidak ada yang memiliki bukti eksperimental untuk membuktikan hipotesis tersebut.
Phrynarachne ceylonica. Foto: LiCheng Shih via Wikimedia Commons (CC BY SA 2.0)
Bagaimanapun, ide menyamar jadi kotoran untuk memangsa cukup masuk akal. Sebab, bagi banyak spesies serangga, kotoran burung merupakan sumber nutrisi dan dapat menjadi rumah untuk bertelur. Ditambah dengan tabiat laba-laba kotoran burung yang enggak banyak bergerak di daun, rupa seperti tahi burung dapat ia manfaatkan untuk menyergap mangsanya.
ADVERTISEMENT
“Mereka tinggal di sana selama lebih dari 12 jam atau lebih,” kata anggota peneliti sekaligus ahli biologi dari National University of Singapore, Daiqin Li, kepada The New York Times. “Kadang-kadang mereka tinggal di sana sepanjang hidup mereka.”
Nah, untuk menguji hipotesis ini, para peneliti pertama-tama merekam laba-laba kotoran burung spesies Phrynarachne ceylonica yang duduk di atas daun di alam liar. Sebagai pembanding, peneliti juga menaruh kotoran burung asli di atas daun berbeda dan membiarkan daun yang lain tetap kosong. Mereka hendak melihat mana yang paling menarik perhatian serangga.
Pantauan peneliti menemukan, serangga ternyata lebih sering mengunjungi daun yang ada laba-laba kotoran burung dan kotoran burung asli daripada daun kosong. Peneliti juga menemukan bahwa laba-laba kotoran burung menarik serangga, terutama lalat, meskipun kotoran burung yang asli memikat serangga pada tingkat yang lebih tinggi.
(A) Phrynarachne ceylonica menangkap serangga; (B) habitat Phrynarachne ceylonica di hutan hujan tropis; (C) warna asli Phrynarachne ceylonica; (D) Phrynarachne ceylonica yang diwarnai mirip warna aslinya; (E) Phrynarachne ceylonica yang diwarnai hitam; dan (E) Phrynarachne ceylonica yang diwarnai putih. Foto: Yu, et all. Masquerading predators deceive prey by aggressively mimicking bird droppings in a crab spider, Current Zoology, 2021.
Kemudian untuk menguji apakah kombinasi warna khas laba-laba adalah kunci untuk menipu serangga, para peneliti mengecat laba-laba dengan cat air yang tak berbau.
ADVERTISEMENT
Dari eksperimen ini, laba-laba yang dicat putih atau hitam kurang menarik bagi serangga dibandingkan laba-laba yang tidak dicat atau yang dicat dengan warna yang sama seperti aslinya. Data ini menunjukkan bahwa warna kecoklatan milik laba-laba kotoran burung yang mirip seperti tahi burung asli adalah faktor kunci untuk menipu serangga mangsanya.
“Hasil eksperimen, survei lapangan, dan pemodelan visual kami menunjukkan bahwa meniru kotoran burung dapat menyebabkan spesies mangsa serangga salah mengidentifikasi laba-laba predator P. ceylonica sebagai kotoran burung,” jelas peneliti dalam laporannya.
Peneliti mengatakan, kesalahan identifikasi ini mungkin disebabkan oleh kemiripan antara warna tubuh laba-laba dan kotoran burung jika dilihat oleh sistem visual serangga. “Dengan demikian, hasil kami mendukung hipotesis bahwa laba-laba kepiting P. ceylonica, peniru kotoran burung, menggunakan penyamaran sebagai taktik mimikri agresif,” sambung mereka.
ADVERTISEMENT