Ditemukan Hutan Purba Tertua di Dunia, Usianya 386 Juta Tahun

20 Desember 2019 18:41 WIB
comment
22
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Fosil hutan purba yang ditemukan di Catskill, dekat kota Cairo, New York. Foto: William Stein/Christopher Barry
zoom-in-whitePerbesar
Fosil hutan purba yang ditemukan di Catskill, dekat kota Cairo, New York. Foto: William Stein/Christopher Barry
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Saat menggali dataran fosil di wilayah Catskill, dekat kota Cairo, New York, sekelompok peneliti menemukan sistem akar yang luas dari pohon primitif berusia 386 juta tahun. Fosil pohon purba ini diklaim sebagai bukti bahwa hutan terbentuk lebih awal pada Zaman Devonian.
ADVERTISEMENT
“Zaman Devonian mewakili waktu di mana hutan pertama muncul di planet Bumi,” ujar Wiliam Stein, seorang profesor emeritus biologi di Binghamton University, yang terlibat dalam penelitian, dilansir Science Daily.
Kemunculan hutan pertama mendorong banyak perubahan dramatis pada ekosistem. Mulai dari bumi, lautan, atmosfer global, konsentrasi CO2 di atmosfer, sampai iklim, seluruhnya bertransisi menjadi sepenuhnya berbeda.
“Dunia tidak pernah lagi sama sejak saat itu,” ujar Stein.
Fosil hutan purba yang ditemukan di Catskill, dekat kota Cairo, New York. Foto: William Stein/Christopher Barry
Penemuan fosil hutan di situs Catskill sekaligus mengambil alih gelar “hutan tertua” dari fosil hutan sebelumnya yang ditemukan di Gilboa, New York. Usianya berkisar 2 juta sampai 3 juta tahun lebih muda dari fosil hutan di Catskill.
Dalam penggalian di Catskill, tim peneliti menemukan tiga sistem akar yang unik, menghasilkan hipotesis bahwa hutan Zaman Devonian mirip dengan hutan yang kita kenal hari ini. Terdiri dari pohon-pohon beragam jenis yang menempati tempat-tempat yang berbeda, tergantung kondisi setempat.
ADVERTISEMENT
Salah satu pohon yang mereka temukan memiliki karakteristik mirip pohon palem bernama Eospermatopteris. Pohon ini pertama kali diidentifikasi di situs Gilboa dan memiliki akar yang relatif belum sempurna. Seperti rumput liar, Eospermatopteris kemungkinan hidup di banyak lingkungan, sekaligus menjelaskan keberadaan di dua lokasi berbeda.
Kendati begitu, karena sistem akarnya terbatas, Eospermatopteris punya daya tahan hidup hanya satu sampai dua tahun sebelum mati dan digantikan oleh akar lain. Selain Eospermatopteris, peneliti juga menemukan fosil pohon Archaeopteris yang dalam beberapa hal mirip dengan tanaman dari benih modern.
ilustrasi pohon. Foto: Shutter Stock
“Archaeopteris tampaknya mengungkap awal masa depan akan menjadi seperti apa hutan nantinya,” ujar Stein.
“Berdasarkan apa yang kita ketahui dari bukti fosil tubuh Archaeopteris sebelum ini, dan sekarang dari bukti sistem akar yang kita tambahkan di Cairo, (menunjukkan) tanaman ini sangat modern dibandingan tanaman Devonian lainnya. Meskipun masih berbeda secara dramatis dari pohon modern, namun Archaeopteris tampaknya menunjukkan jalan menuju unsur-unsur hutan masa depan,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Peneliti lantas dikejutkan dengan temuan sistem akar pohon lainnya yang diduga hanya ada selama Zaman Karbon, yaitu scale tree atau pohon skala dari kelas Lycopsida. Pohon primitif ini merupakan bagian dari flora hutan batubara yang ketinggiannya mencapai 30 meter.
“Apa yang kita dapatkan di Cairo adalah struktur akar yang tampak identik dengan pepohonan raksasa dari kawasan rawa-rawa batubara Zaman Karbon dengan akar memanjang yang memesona,” ujar Stein.
Untuk penelitian lebih lanjut, Stein dan tim akan terus menggali wilayah Catskill dan membandingkan temuan mereka dengan fosil hutan di seluruh dunia. Dengan harapan, ilmuwan akan mampu memahami sejarah evolusi dan ekologi sepenuhnya.