Earth Hour 2019, WWF Ajak Rakyat Indonesia Pakai Transportasi Umum

28 Maret 2019 15:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga mengikuti uji coba publik pengoperasian MRT (Mass Rapid Transit) fase I koridor Lebak Bulus - Bundaran HI di Jakarta, Sabtu (23/3). Foto: ANTARA FOTO/Fanny Octavianus
zoom-in-whitePerbesar
Warga mengikuti uji coba publik pengoperasian MRT (Mass Rapid Transit) fase I koridor Lebak Bulus - Bundaran HI di Jakarta, Sabtu (23/3). Foto: ANTARA FOTO/Fanny Octavianus
ADVERTISEMENT
Jelang Earth Hour 2019, lembaga nirlaba World Wildlife Fund (WWF) mengajak Presiden RI, pemimpin kota, pemerintah lokal, pimpinan perusahaan, dan masyarakat khususnya generasi muda, untuk mengadopsi gaya hidup yang ramah lingkungan. Salah satu caranya, menurut lembaga nirlaba yang berfokus pada isu lingkungan itu, adalah dengan menggunakan transportasi umum demi mengurangi emisi gas rumah kaca.
ADVERTISEMENT
Earth Hour sendiri adalah kegiatan global yang diadakan oleh pada Sabtu terakhir di Maret setiap tahunnya. Tahun 2019 ini Earth Hour akan jatuh pada Sabtu, 28 Maret.
WWF memaparkan bahwa Earth Hour 2019 akan fokus pada usaha peningkatan kesadaran dan tindakan penurunan emisi gas rumah kaca. Semua demi mengurangi dampak perubahan iklim di Bumi.
“Earth Hour adalah momen untuk mengembalikan hubungan yang lebih baik antara manusia dengan alam, serta menempatkan pelestarian lingkungan sebagai prioritas utama dalam agenda nasional dan lokal,” jelas Rizal Malik, CEO WWF-Indonesia.
“Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebanyak 29 persen pada 2030, dan 11 persennya adalah dari transportasi publik. Untuk itu publik juga harus ikut serta dengan cara menggunakan transportasi publik”, sambung Rizal dalam siaran pers WWF yang kumparan terima.
CEO WWF-Indonesia Rizal Malik memberikan keterangan pers jelang Earth Hour 2019 bertajuk Gunakan Transportasi Publik untuk Bumi yang Lebih Sehat, di Taman MRT, Jakarta. Foto: Antara/Aprillio Akbar
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), sejak 2007 sampai 2017 ada peningkatan konsumsi energi sektor transportasi. Mereka mencatat konsumsi energi di sektor transportasi pada 2007 adalah 29 persen. Sedangkan pada 2017 meningkat menjadi 47 persen.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut Kementerian ESDM menemukan bahwa pada 2016 sektor transportasi menghasilkan emisi sebanyak 1,28 juta ton. Jumlah itu meningkat sekitar 6,7 persen tiap tahunnya.
Menyambut ajakan WWF, Direktur Utama PT MRT Jakarta William P Sabandar menyampaikan bahwa MRT Jakarta berkomitmen mendukung gerakan Earth Hour 2019 guna mengurangi dampak pemanasan global.
“MRT Jakarta aktif mengajak masyarakat Indonesia untuk bersama-sama menerapkan gaya hidup ramah lingkungan contohnya dengan beralih dari kendaraan pribadi ke angkutan umum dan mengutamakan penghematan energi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca,” kata William.
Direktur TransJakarta, Agung Wicaksono, juga menyatakan dukungannya terhadap gerakan Earth Hour. “Emisi CO2 dari transportasi berkontribusi sampai 46 persen terhadap emisi di perkotaan, apalagi kalau menggunakan kendaraan pribadi. TransJakarta berjuang untuk memudahkan warga naik transportasi massal dengan mengintegrasikan rute dan haltenya dengan MRT, LRT, dan KRL. Ke depannya, bahkan electric mobility bisa menjadi pilihan untuk menekan lagi emisi, dengan melalui uji coba terlebih dahulu,” ujar Agung.
Warga mengantre memasuki kereta MRT di Stasiun MRT Bundaran HI, Jakarta, Minggu (24/3). Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
ADVERTISEMENT
Demi masa depan Bumi
Kesadaran manusia atas lingkungan masih dibilang rendah. Menurut studi WWF di 10 negara, hanya 40 persen orang yang memahami hubungan antara alam dengan makanan, air, dan udara bersih.
WWF sendiri telah bekerja sama dengan PBB untuk meningkatkan kesadaran atas hal tersebut. Mereka berusaha membangkitkan kesadaran mengenai perubahan iklim, lautan, dan praktik bisnis berkelanjutan.
"Alam sangat penting di kehidupan sehari-hari untuk semua orang. Tetapi yang kita lakukan justru mendorong planet ini ke batas limitnya dan kondisi alam sangat terancam," ujar Marco Lambertini, Direktur Jenderal WWF Internasional.