Editor MetroTV yang Diduga Bunuh Diri Positif Amfetamina, Apa Itu?

25 Juli 2020 16:04 WIB
clock
Diperbarui 3 November 2020 20:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Metro TV berduka cita atas wafatnya Yodi Prabowo, News Video Editor. Foto: Instagram/@metrotv
zoom-in-whitePerbesar
Metro TV berduka cita atas wafatnya Yodi Prabowo, News Video Editor. Foto: Instagram/@metrotv
ADVERTISEMENT
Perkembangan kasus tewasnya editor MetroTV, Yodi Prabowo, yang jasadnya ditemukan di pinggir jalan Tol JORR, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, pada Jumat (10/7), mulai menemukan titik terang.
ADVERTISEMENT
Hasil autopsi jenazah menunjukkan bahwa Yodi positif mengonsumsi amfetamina atau amfetamine. Hal itu disampaikan oleh Arif Wahyono, Dokter Ahli Forensik. "Screening narkoba di urine (Yodi Prabowo) ada amfetamine positif," ujar Arif dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya, Jakarta, Sabtu (25/7).
Menurut Direskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Tubagus Ade Hidayat, efek penggunaan amfetamina bisa menimbulkan keberanian yang luar biasa. Ade menilai penggunaan amfetamina membuat Yodi diduga berani bunuh diri.
Amfetamina sendiri termasuk narkoba golongan I berpotensi menyebabkan ketergantungan. Penggunaan amfetamina akan memengaruhi bahan kimia yang ada di otak dan saraf yang berkontribusi terhadap sikap hiperaktif dan kontrol impuls.
Dijelaskan dalam Medical News Today, amfetamina adalah obat stimulan sistem saraf pusat yang digunakan untuk menangani attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) atau gangguan psikologis yang menyebabkan seseorang sulit memusatkan perhatian.
Ilustrasi obat-obatan. Foto: Unsplash

Penggunaan amfetamina

Amfetamina dapat mengaktifkan reseptor di otak sehingga meningkatkan aktivitas sejumlah zat alami tertentu, terutama norepinefrin dan dopamin. Dopamin adalah senyawa kimia organik yang dikaitkan dengan rasa bahagia, kesenangan, dan perhatian.
ADVERTISEMENT
Amfetamina biasanya digunakan untuk mengobati berbagai kondisi gangguan mental, terutama bagi orang yang mengalami ADHD dan depresi. Di masa lalu, amfetamina digunakan untuk mengobati narkolepsi dan membantu menurunkan berat badan.
Seseorang yang mengidap ADHD ditandai dengan sejumlah tanda-tanda, seperti hiperaktif, mudah marah, ketidakstabilan suasana hati, kesulitan berpikir, kurang konsentrasi, dan perilaku impulsif. ADHD sering dialami oleh anak-anak. Namun, dapat berlanjut hingga dewasa.

Risiko atau efek samping penggunaan amfetamin

Penggunaan amfetamina dapat menimbulkan sejumlah efek samping, mulai dari ringan hingga berat. Adapun efek samping yang bisa ditimbulkan meliputi:
Ilustrasi Depresi. Foto: Helmi Afandi/kumparan
Amfetamina juga bisa menimbulkan sejumlah dampak psikologis, termasuk:
ADVERTISEMENT
Ketika amfetamina digunakan pada dosis yang berlebih dan tidak sesuai anjuran dokter, maka dapat menimbulkan efek samping yang parah. Kadar dopamin di otak bisa naik dengan cepat. Itu bisa menyebabkan serangkaian efek samping seperti:
Bagaimanapun, penggunaan amfetamina harus sesuai resep dokter. Sebab, jika digunakan secara berlebihan atau tidak sesuai anjuran dokter, ia bisa menyebabkan sejumlah efek samping yang membahayakan kesehatan.
Part 1 Infografik Mengenal Amfetamina dan Risikonya. Foto: Chia Aulia/kumparan
Part 3 Infografik Mengenal Amfetamina dan Risikonya. Foto: Chia Aulia/kumparan
Part 2 Infografik Mengenal Amfetamina dan Risikonya. Foto: Chia Aulia/kumparan