Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Ini menjadi terobosan mutakhir bagi pencegahan Ebola, yang gejalanya ditandai dengan demam, sakit di beberapa bagian tubuh, diare, muntah, hingga pendarahan. Virus ini dapat menular melalui darah atau cairan tubuh penderita yang masuk melalui luka pada kulit atau lapisan dalam hidung, mulut, dan dubur.
Dalam penelitian vaksin Ervebo selama bertahun-tahun, Merck melisensikan produk ini untuk dikembangkan bersama beberapa mitra pada 2014 lalu. Saat itu, wabah Ebola menewaskan lebih dari 11.000 orang di Afrika Barat.
Pada April 2019 lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengungkap hasil pengujian klinis vaksin dengan Ervebo. Dari tes itu, tingkat keefektifan Ervebo diklaim mencapai 97,5 persen.
ADVERTISEMENT
“Lisensi pemasaran dari Uni Eropa untuk Ervebo adalah hasil dari kolaborasi yang belum pernah ada sebelumnya, maka seluruh dunia harusnya bangga. Ini tonggak sejarah dan bukti kekuatan sains,” ujar Kenneth Frazier, CEO Merck, seperti dikutip Newsy.
Merck juga sudah mengirim lebih dari 250.000 dosis vaksin Ebola Ervebo untuk diuji klinis di Kongo, yang penggunaannya dalam pengawasan ketat. Wabah Ebola di negara Afrika Tengah itu memang cukup tinggi. Dari 3.000 orang yang terjangkit virus Ebola, sekitar 2.100 di antaranya meninggal dunia.