Jepang Impor Virus Ebola untuk Persiapan Olimpiade 2020

18 Oktober 2019 15:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Medali emas Olimpiade Tokyo 2020. Foto: REUTERS / Issei Kato
zoom-in-whitePerbesar
Medali emas Olimpiade Tokyo 2020. Foto: REUTERS / Issei Kato
ADVERTISEMENT
Kurang dari setahun, tepatnya pada Agustus 2020 mendatang, ajang Olimpiade bakal dihelat di Jepang. Dipastikan akan ada puluhan ribu orang yang akan datang ke Negeri Sakura untuk menyaksikan kompetisi multi event olahraga terbesar di dunia itu.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Jepang kini sedang bersiap menyambut para wisatawan sekaligus penggemar olahraga dari berbagai penjuru dunia. Salah satu yang mereka persiapkan adalah antisipasi kemungkinan jenis penyakit mematikan yang bisa saja dibawa oleh para turis mancanegara.
Keseriusan pemerintah Jepang atas hal ini ditunjukkan dengan upaya mereka mengimpor virus Ebola dan empat jenis patogen mematikan lainnya pada September lalu, demikian laporan Live Science. Menurut sebuah laporan di Nature, patogen-patogen tersebut merupakan jenis-jenis virus paling berbahaya yang pernah diizinkan masuk ke Jepang.
Ilustrasi petugas kesehatan membawa mayat korban Ebola untuk dimakamkan. Foto: Reuters/Baz Ratner
Keempat patogen tersebut termasuk dalam kategori biosafety-level-4 (BSL-4). Artinya, virus-virus itu harus disimpan di ruangan khusus dan di tempat itu para peneliti juga diwajibkan mengikuti protokol keamanan yang cukup ketat.
ADVERTISEMENT
Satu-satunya tempat di Jepang yang memenuhi persyaratan untuk penyimpanan keempat virus itu adalah sebuah fasilitas yang berlokasi di Musashimurayama, sekitar 30 kilometer dari Tokyo. Selain menyimpan virus Ebola, fasilitas ini juga menyimpan virus Marburg, Lassa, Krimea-Kongo, dan virus yang menyebabkan demam berdarah di Amerika Selatan.
Masing-masing sampel virus tersebut akan digunakan langsung untuk memvalidasi tes diagnostik demi menentukan apakah salah satu virus menular yang telah disebutkan tadi tengah menjangkiti seseorang atau tidak. Menurut Masayuki Saijo, direktur Institut Nasional Penyakit Jepang (National Institute of Infectious Diseases/NIID) yang khusus bertanggung jawab menangani virus demam berdarah, tes diagnostik itu dilakukan untuk mengetahui apakah seseorang mampu menghasilkan antibodi untuk melawan virus tersebut.
Ilustrasi seorang pekerja Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bersiap untuk memberikan vaksinasi Ebola. Foto: Reuters/Kenny Katombe
“Ini merupakan langkah besar sebagai perlindungan terhadap potensi ancaman virus saat negara tengah bersiap menyambut para penonton acara olahraga dari seluruh dunia,” ujar Takumi Nemoto, Menteri Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Sosial Jepang kepada Kyodo News sebagaimana diberitakan Live Science.
ADVERTISEMENT
Menurut Elke Mühlberger, ahli mikrobiologi dari Boston University, virus Ebola sangat mungkin mengancam perhelatan olahraga empat tahunan sekelas Olimpiade jika respons darurat tidak dilakukan secara profesional. Ilmuwan lain berpikir proliferasi global laboratorium BSL-4 dapat menempatkan manusia pada risiko lebih besar dari serangan bioteror.
Menurut Richard Ebright, ahli biologi molekuler dan spesialis biosekuriti di Rutgers University di Piscataway, New Jersey, menyimpan virus berbahaya, bahkan di laboratorium yang sangat aman sekalipun, tetap mampu meningkatkan risiko pelepasan yang disengaja atau tidak disengaja.