

ADVERTISEMENT
Indonesia berduka pada Rabu sore, 11 September 2019. Presiden ke-3 Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie, meninggal dunia pada 18.05 WIB. Ia mengembuskan napas terakhir di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta.
ADVERTISEMENT
Meski telah pergi, Habibie meninggalkan sejumlah ilmu yang akan terus bermanfaat bagi generasi selanjutnya. Di antaranya adalah Faktor Habibie pada teori keretakan atau crack progression theory.
Teori keretakan aslinya adalah sebuah formula yang menghitung pergerakan retakan pada suatu konstruksi atau struktur. Adapun Faktor Habibie itu digunakan untuk menghitung titik retak yang membuat struktur nantinya bisa diperkuat secara lebih spesifik.
Di antaranya adalah dengan mengoptimasi campuran besi yang bisa menurunkan Safety Factor atau faktor-faktor yang bisa mengganggu keamanan dari suatu struktur. Campuran besi itu mengurangi penggunaan besi dan meningkatkan keberadaan alumunium di badan pesawat.
Ini membuat struktur badan pesawat menjadi lebih kuat. Dengan struktur pesawat yang lebih kuat, kemungkinan kerusakan dan kecelakaan pada pesawat bisa menurun.
Selain itu, berkat Faktor Habibie, pesawat jadi memiliki daya angkut yang lebih besar. Ini juga membuat pesawat memiliki wilayah terbang yang lebih jauh.
ADVERTISEMENT
Hebatnya, Faktor Habibie itu dirumuskan ketika ia masih berusia 32 tahun. Penemuan ini yang membawa Habibie menduduki jabatan wakil presiden perusahaan kedirgantaraan Messerschmitt Boelkow Blohm Gmbh (MBB) di tahun 1969.