Fatwa Al-Azhar Izinkan Transplantasi Ginjal Babi ke Manusia dengan Syarat

1 November 2021 7:00 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi babi di peternakan. Foto: AFP/Ina Fassbender
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi babi di peternakan. Foto: AFP/Ina Fassbender
ADVERTISEMENT
Lembaga keagamaan terkemuka di Mesir, Al-Azhar, akhirnya mengeluarkan fatwa transplantasi ginjal babi ke manusia bagi umat Muslim. Fatwa atau aturan agama ini dikeluarkan setelah muncul perdebatan hukum transplantasi ginjal babi bagi Muslim.
ADVERTISEMENT
Perdebatan ini dimulai setelah sekelompok ahli bedah di New York, AS, berhasil mentransplantasikan ginjal babi ke manusia pada September 2021. Eksperimen ini menandai kesuksesan transplantasi ginjal babi ke manusia yang pertama.
Dalam Islam, babi dianggap sebagai hewan najis dan Al-Qur'an melarang umat Islam memakan dagingnya.
Al-Azhar, yang didirikan sebagai universitas Islam lebih dari seribu tahun yang lalu dan dianggap sebagai otoritas agama tertinggi Mesir dan umat Islam di seluruh dunia, memutuskan untuk memperbolehkan transplantasi ginjal babi ke orang Muslim.
Dalam fatwanya, Al-Azhar menjelaskan bahwa Islam memang melarang “berobat dengan apa pun yang berbahaya, kotor atau dilarang”. Namun, fatwa tersebut menambahkan bahwa jika penggunaan organ babi adalah untuk menyelamatkan nyawa, itu boleh saja selama benar-benar diperlukan.
ADVERTISEMENT
“Meskipun prinsip dasar dalam penggunaan babi atau bagian-bagiannya adalah haram, diperbolehkan untuk mengambil manfaat darinya, dan untuk merawat bagian-bagiannya, atau anggota organnya, asalkan diperlukan kebutuhan untuk itu. Dan bahwa tidak ada yang menggantikannya dari yang murni dalam pengobatan dan penghilangan bahaya,” kata fatwa tersebut, sebagaimana yang dilaporkan media lokal Mesir Al-Masry Al-Youm pada Senin (25/10).
Ilustrasi Babi. Foto: Shutterstock
Menurut laporan media lokal Arab Saudi, Al-Marsad, fatwa yang dikeluarkan oleh Al-Azhar didasarkan pada Surah Al-Baqarah ayat 173 yang menyebut: “Sesungguhnya Dia hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa terpaksa (memakannya), bukan karena menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
ADVERTISEMENT
Meski menuai perdebatan, sebenarnya transplantasi ginjal babi ke manusia masih belum tersedia untuk publik dalam waktu dekat.
Para peneliti menjelaskan bahwa masih banyak pertanyaan yang harus dijawab tentang konsekuensi jangka panjang dari operasi cangkok ginjal babi ke manusia, pertanyaan etis soal kesejahteraan hewan pendonor, serta rintangan medis dan peraturan yang harus diatasi.
Bagaimanapun, eksperimen yang dilakukan para ahli bedah di AS memunculkan harapan baru tersedianya donor organ bagi pasien penyakit ginjal. Ketersediaan organ untuk transplantasi memang menjadi kendala bagi pasien yang membutuhkan. The New York Times melaporkan bahwa 12 pasien penyakit ginjal di AS meninggal setiap hari karena belum mendapat donor untuk operasi.
Dalam eksperimen mereka, para ahli bedah tidak menaruh ginjal babi di dalam tubuh pasien, melainkan dilekatkan pada pembuluh darah di kaki bagian atas pasien.
ADVERTISEMENT
Meskipun tidak ditanamkan di dalam tubuh, tim peneliti menemukan bahwa ginjal babi tersebut berfungsi dengan baik seperti menghasilkan urine. Berfungsinya organ ginjal di luar tubuh merupakan indikasi kuat bahwa ginjal babi akan bekerja di dalam tubuh, kata Robert Montgomery, dokter memimpin tim bedah di NYU Langone Health.
com-Ilustrasi ginjal. Foto: Shutterstock
“Itu lebih baik daripada yang saya pikir kami harapkan,” katanya kepada The New York Times.
“Itu tampak seperti transplantasi yang pernah saya lakukan dari donor hidup. Banyak ginjal dari orang yang sudah meninggal tidak langsung berfungsi, dan membutuhkan waktu berhari-hari atau berminggu-minggu untuk memulainya. Ini langsung berhasil."
Montgomery pun menyebut bahwa di masa depan, babi yang direkayasa secara genetika “berpotensi menjadi sumber organ yang berkelanjutan dan terbarukan — (seperti) ketersediaan organ matahari dan angin."
ADVERTISEMENT
Jejak upaya transplantasi organ hewan ke manusia, yang biasa dikenal sebagai xenotransplantasi, dapat ditelusuri sejak abad ke-17. Namun, hingga kini upaya tersebut masih minim membuahkan hasil.
Pada 1960-an, misalnya, para peneliti pernah mencangkok ginjal simpanse ke sejumlah kecil pasien manusia. Sebagian besar meninggal tak lama kemudian, dengan pasien hidup terlama sembilan bulan usai operasi.
Pada 1983, para ilmuwan juga pernah mentransplantasikan jantung babon ke bayi perempuan yang dikenal sebagai Baby Faye. Dia meninggal 20 hari kemudian.
Babi menawarkan keunggulan dibandingkan primata untuk pengadaan organ bagi manusia. Sebab, babi lebih mudah dibesarkan, mencapai pematangan lebih cepat, dan dapat mencapai ukuran manusia dewasa dalam enam bulan.
Katup jantung babi sebenarnya telah secara rutin ditransplantasikan ke manusia, dan beberapa pasien diabetes telah menerima sel pankreas babi. Kulit babi juga telah digunakan sebagai cangkok sementara untuk pasien luka bakar.
ADVERTISEMENT
“Ini adalah terobosan besar,” kata Dorry Segev, seorang profesor bedah transplantasi di Johns Hopkins School of Medicine yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut. "Ini urusan yang sangat, sangat besar."