Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Gara-gara Terancam Punah, Jerapah Masai Terpaksa Kawin Sedarah
23 Juni 2023 8:09 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Kawanan jerapah Masai yang terancam punah terpaksa melakukan kawin sedarah gara-gara populasinya semakin menipis. Ini membuat bayi-bayi yang baru lahir berisiko mengalami cacat.
ADVERTISEMENT
Dalam 30 tahun terakhir, populasi jerapah Masai terus mengalami penurunan akibat perburuan dan hilangnya habitat. Kini, mereka mengalami ancaman baru, salah satunya perkawinan sedarah.
Para peneliti menemukan bahwa jerapah Masai (Giraffa camelopardalis tippelskirchi) –subspesies asli Kenya dan Tanzania– terbagi menjadi dua populasi terpisah. Keduanya belum pernah bertemu, sehingga tak pernah ada perkawinan antar-dua kelompok berbeda.
Baru-baru ini, sebuah studi menemukan adanya ancaman dari perkawinan sedarah. Ini membuat pihak konservasionis perlu memikirkan cara baru untuk membantu mengatasi penurunan jerapah.
“Lima puluh tahun dari sekarang, apakah akan ada jerapah Masai? Saya tidak yakin. Saya pikir itu proporsinya 50/50,” kata Douglas Cavener, ahli genetika di Penn State sekaligus penulis studi yang terbit di jurnal Ecology and Evolution.
ADVERTISEMENT
Habitat jerapah Masai terbelah menjadi dua oleh tepi barat Celah Afrika Timur –sebuah fitur tektonik besar yang membentang dari Yordania hingga Mozambik– tempat sabana datar di sekitar Taman Nasional Tarangir yang terpisah oleh tebing tinggi.
Karena jerapah adalah pemanjat yang buruk, jerapah Masai di kedua sisi tebing tak mungkin bisa menyebrang untuk kawin satu sama lain. Untuk mengetahui adanya perkawinan sedarah di antara dua kelompok, para peneliti mengumpulkan materi genetik jerapah dan menganalisisnya.
Hasilnya menunjukkan, jerapah Masai betina kemungkinan belum pernah mengunjungi kelompok lain yang ada di balik tebing untuk berkembang biak selama lebih dari 250.000 tahun. Sedangkan jerapah jantan yang umumnya berkeliaran lebih jauh dari tempat tinggal, mungkin pernah menyebrangi tebing dalam rentang waktu yang sama. Namun, dalam beberapa ribu tahun terakhir, si jantan ini tidak pernah melakukannya lagi.
ADVERTISEMENT
“Itu hanya menambah situasi dalam hal ancaman kepunahan,” kata Cavener.
Tim peneliti juga menemukan, jerapah Masai ternyata mengalami tingkat perkawinan sedarah yang tinggi. Perkawinan sedarah menjadi lebih umum ketika populasi terlampau sedikit dan habitat terisolasi. Jika dibiarkan, praktik ini dapat menyebabkan “depresi perkawinan sedarah”, di mana populasi menjadi kurang sehat dari waktu ke waktu karena komplikasi genetik.
Beberapa ilmuwan menduga, mammoth berbulu terakhir yang masih hidup juga punah karena mengalami depresi perkawinan sedarah setelah habitatnya terisolasi di Pulau Wrangel di Rusia utara.
Di zaman sekarang, perkawinan sedarah bisa terjadi ketika populasi hewan terisolasi akibat invasi manusia. Habitat jerapah Masai di sisi timur tebing telah mengalami perubahan akibat pembangunan besar-besaran dalam beberapa dekade terakhir. Di sana dibangun jalan, peternakan, dan kota yang berkembang pesat di sekitar Danau Taman Nasional Mayara dan Tarangire.
ADVERTISEMENT
Kendati begitu, para peneliti menemukan perkawinan sedarah justru dialami lebih parah oleh jerapah yang ada di sisi barat tebing, di mana habitatnya jauh lebih terjaga. Para ilmuwan menduga, ini terjadi karena efek dari pandemi rinderpest, penyakit pada sapi dan hewan berkuku yang menghancurkan ekosistem Afrika selama akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.