Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Hal ini diungkap dalam studi yang terbit di jurnal PeerJ Life & Environment. Penelitian ini fokus pada kungkang berjari dua yang menghuni lingkungan dataran rendah dan dataran tinggi di Kosta Rika.
Para peneliti menyelidiki bagaimana kungkang bereaksi terhadap meningkatnya suhu lingkungan. Mereka menemukan metabolisme hewan lambat yang memiliki kemampuan terbatas dalam mengatur suhu tidak mampu bertahan hidup di Bumi yang semakin memanas, terutama bagi populasi yang tinggal di dataran tinggi.
"Selama 15 tahun pengalaman kami bekerja dengan kungkang di Kosta Rika, kami sangat khawatir. Di daerah yang dulunya kungkang melimpah, kami telah mengamati populasi mereka benar-benar menghilang selama dekade terakhir," ujar Rebecca Cliffe, peneliti utama riset kepada Newsweek.
Untuk mendapatkan kesimpulan ini, para peneliti mengukur konsumsi oksigen dan suhu inti tubuh kungkang dalam simulasi kondisi perubahan iklim . Mereka kemudian menentukan bagaimana kungkang dapat mengatasi peningkatan suhu yang terjadi pada tahun 2100. Hasilnya sangat mengkhawatirkan.
ADVERTISEMENT
Kungkang dataran tinggi menunjukkan peningkatan tajam dalam laju metabolisme istirahat (RMR) saat suhu udara meningkat. Ini menunjukkan adanya peningkatan kebutuhan energi.
Di sisi lain, kungkang dataran rendah lebih mampu beradaptasi dengan iklim yang lebih hangat. Untuk mengontrol metabolismenya tetap stabil dalam kondisi hangat, mereka menggunakan strategi yang dikenal "zona aktif termal". Namun, strategi ini memiliki batas, sehingga mereka tetap terancam ketika suhu memanas.
Artinya, baik kungkang dataran tinggi maupun rendah, keduanya menghadapi tantangan nyata jika suhu global meningkat 2 hingga 6 derajat Celsius pada tahun 2100.
"Salah satu cara utama mereka melakukan ini adalah dengan tidak aktif mengatur suhu tubuh seperti yang dilakukan kebanyakan mamalia–pengaturan suhu adalah proses yang membutuhkan banyak energi."
ADVERTISEMENT
Hal ini diperparah dengan fakta bahwa tingkat pencernaan kungkang sangat lambat, 25 kali lebih lambat daripada herbivora berukuran sama. Ini membuat kungkang sulit meningkatkan asupan makanan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme yang meningkat.
Laju metabolisme yang lambat ini, ditambah dengan kapasitas pemrosesan energi yang minim. Artinya, kungkang akan sulit menyeimbangkan peningkatan kebutuhan energi yang disebabkan suhu yang meningkat.
Kondisi yang dialami kungkang dataran tinggi makin parah karena mereka memiliki kemampuan terbatas untuk pindah ke daerah yang lebih dingin akibat keterbatasan geografis. Tidak seperti kungkang dataran rendah yang bisa mengubah wilayah jelajahnya ke daerah yang lebih tinggi untuk mencari suhu sesuai, kungkang dataran tinggi tidak memiliki banyak pilihan.
Kendati begitu, peneliti mengatakan perlu dilakukan studi lebih lanjut untuk memahami respons metabolisme kungkang terhadap peningkatan suhu. Cliffe dan tim juga menyarankan untuk dilakukan studi tentang strategi adaptif dan pengembangan kebijakan konservasi yang ditujukan untuk mengurangi ancaman terhadap salah satu mamalia paling ikonik di Amerika.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, kelangsungan hidup Kungkang di Amerika Tengah dan Selatan akan bergantung pada seberapa jauh suhu global meningkat.
“Jika perubahan iklim terus berlanjut tanpa kendali dan wilayah-wilayah ini menjadi tidak dapat dihuni, kungkang mungkin tidak punya tempat lain untuk berlindung,” kata Cliffe.
"Tidak seperti beberapa spesies lainnya, kungkang adalah makhluk yang terbiasa hidup di habitatnya, sangat terspesialisasi di habitatnya, dan tidak cocok untuk dipindahkan ke wilayah lain. Jika lingkungannya menjadi terlalu panas, kelangsungan hidup mereka tidak mungkin terjadi."