Hantavirus, Virus Langka dari Tikus yang Pernah Mewabah di AS

25 Maret 2020 17:46 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi virus. Foto: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi virus. Foto: pixabay
ADVERTISEMENT
Kabar tewasnya pria di China akibat hantavirus muncul di tengah pandemi virus corona SARS-CoV-2 yang belum usai. Peristiwa ini dilaporkan oleh media China, Global Times, pada Senin lalu (23/4). 
ADVERTISEMENT
Korban adalah seorang pria asal Provinsi Yunnan, China, yang meninggal dunia saat menumpang bus menuju Provinsi Shandong. Belum diketahui muasal penyebab dirinya terjangkit hantavirus. 
"Dia positif hantavirus. Semua 32 orang di dalam bus itu dites," ujar laporan Global Times di akun Twitter mereka. 
Namun, ini bukanlah virus baru layaknya SARS-CoV-2 yang menyebabkan COVID-19, meski keduanya berbagi sejumlah gejala serupa, antara lain batuk, demam, dan sesak napas. Hantavirus, di sisi lain, merupakan keluarga virus penyebab berbagai sindrom penyakit pada manusia, salah satunya penyakit pernapasan Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS).
HPS memang tergolong penyakit mematikan dengan tingkat kematian mencapai 38 persen. Kendati begitu, ilmuwan telah mempelajari keluarga virus penyebabnya selama berdekade-dekade sejak pertama kali muncul pada 1950-an. Banyak informasi telah dihimpun terkait penyakit ini. Termasuk inang virus, yakni tikus, yang dapat menulari manusia lewat kontak dengan cairan urin, feses, ataupun air liurnya. 
Wujud hantavirus penyebab penyakit Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS). Sumber: Wikimedia Commons
Dengan begitu, praktisi medis telah memiliki panduan baku dalam merawat pasien HPS. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), belum ada vaksin atau obat spesifik untuk menyembuhkan infeksi hantavirus yang penyakitnya tergolong langka. Penderita akan dirawat dengan pengobatan suportif sesuai gejalanya, termasuk penggunaan alat ventilator jika sesak semakin parah.
ADVERTISEMENT
Sejarah mencatat, wabah HPS pernah merebak di Amerika Serikat pada Mei 1993. Awalnya, seorang pemuda Navajo yang sehat secara fisik mendadak sesak napas. Ia dilarikan ke rumah sakit di New Mexico dan meninggal tak lama kemudian.
Petugas medis menelusuri riwayat keluarganya, dan menemukan tunangan pemuda tersebut meninggal belum lama ini setelah mengalami kesulitan bernapas. Investigasi berlanjut. Pihak kepolisian menyusuri wilayah di sekitar kediaman korban, mulai dari Arizona, New Mexico, Colorado, hingga Utah untuk menemukan kasus lain dengan riwayat serupa.
Dalam beberapa jam, Dr. Bruce Tempest dari Indian Health Service (IHS) berhasil mengidentifikasi lima orang yang masih muda dan sehat meninggal setelah gagal pernapasan akut. Dugaan awal, dalang dari serangkaian kasus kematian ini adalah penyakit pes. Namun, serangkaian tes laboratorium gagal membuktikan dugaan tersebut.
ADVERTISEMENT
Selama beberapa minggu berikutnya, jumlah kasus bertambah. Para peneliti mulai mempersempit daftar kemungkinan penyebab penyakit berdasarkan gejala dan temuan klinis, mulai dari paparan herbisida, influenza tipe baru, dan beberapa jenis virus lain. 
Sampel jaringan pasien lantas dikirim ke CDC untuk analisis lengkap. Ahli virologi di sana melakukan serangkain metode baru untuk mengkodekan gen virus pada tingkat molekuler, hingga akhirnya berhasil mengindentifikasi hubungan virus dengan sindrom penyakit paru-paru. Peneliti berkesimpulan, penyebab wabah merupakan virus jenis baru dari keluarga hantavirus.
Ilustrasi tikus Foto: Shutterstock
Hantavirus yang bersifat zoonosis ini ditularkan dari tikus kepada manusia. Perpindahan virus antar manusia ke manusia jarang sekali terjadi, berbeda dengan virus corona. Mekanisme penularan hantavirus penyebab HPS, khususnya, hanya terjadi jika seseorang terpapar cairan tubuh tikus berpenyakit. Baik melalui konsumsi atau gigitan tikus.
ADVERTISEMENT
Adapun tikus penyebab wabah HPS di AS termasuk jenis tikus rusa atau Peromuscus maniculatus. Tikus rusa memang banyak tinggal di dekat wilayah pedesaan. Mengambil habitat di lumbung, bangunan tambahan, tumpukan kayu, dan di dalam rumah-rumah penduduk.

Gejala Klinis

Masa inkubasi HPS berkisar 1 sampai 8 minggu setelah pasien terpapar urin, feses, atau air liur dari tikus berpenyakit. Perpindahan virus ke dalam tubuh manusia bisa terjadi baik melalui konsumsi atau gigitan tikus.
Setelah melewati masa inkubasi, gejala infeksi yang muncul akan sangat beragam, mulai dari yang paling sering hingga jarang ada. Mayoritas pasien mulai merasa demam selama 3-5 hari. Gejala ini ditemukan pada sebagian besar kasus. Berikut pembagian gejala infeksi hantavirus berdasarkan frekuensi kejadiannya, sebagaimana dikutip CDC.
ADVERTISEMENT

Paling sering

Sering

Jarang

***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!