Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Guncangan gempa dirasakan di beberapa daerah, seperti Halmahera, Bitung, Manado, Ternate, Gorontalo, hingga Minahasa Utara, dan menimbulkan kepanikan warga. Peringatan dini tsunami juga sempat dikeluarkan BMKG, yang kemudian dicabut.
Menurut Kepala Mitigasi dan Gempa Bumi BMKG, Daryono, gempa di Maluku Utara dipicu oleh deformasi atau penyesaran dalam lempeng Laut Maluku. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault).
"Gempa dipicu oleh deformasi batuan di intra-plat lempeng Laut Maluku Utara. Dan ini adalah zona sesar aktif,” ujar Daryono saat dihubungi kumparanSAINS, Jumat (15/11).
Di sisi lain, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebut gempa tektonik yang berpusat di tengah-tengah laut Sulawesi Utara dan Pulau Halmahera ini diketahui memiliki struktur batuan gunung api Kuarter yang bersifat lepas dan berpotensi memicu pencairan lahan.
ADVERTISEMENT
Batuan lapuk dan bersifat lepas umumnya akan memperkuat efek guncangan gempa sehingga guncangan akan lebih terasa.
Lebih lanjut Daryono mengatakan, pascagempa 7,1 M, Maluku Utara telah diguncang sekitar 74 kali gempa susulan hingga pukul 06.59 WIB. Gempa susulan dengan kekuatan di atas 5,0 M tercatat terjadi sekitar 11 kali, sedangkan gempa paling kuat tercatat berkekuatan 5,9 M.
Hingga Jumat (15/11) siang, gempa tersebut telah mengakibatkan satu orang warga Minahasa meninggal akibat serangan jantung, dua warga Ternate luka-luka, dan belasan rumah rusak.