Ilmuwan Australia Temukan Obat Potensial untuk Bunuh Virus Corona dalam 48 Jam

4 April 2020 13:37 WIB
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Monash University. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Monash University. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Ilmuwan Monash University Australia baru saja merampungkan studi terbaru mereka untuk menemukan obat potensial penyakit menular COVID-19. Temuan dari riset ilmiah tersebut diharapkan mampu meredam pandemi virus corona yang kini telah menjangkiti penduduk dunia di lebih dari 180 negara.
ADVERTISEMENT
Projek kolaboratif yang melibatkan Monash Biomedicine Discovery Institute (BDI) dengan Peter Doherty Institute serta University of Melbourne dan Rumah Sakit Royal Melbourne tersebut menemukan sebuah obat antiparasit bernama Ivermectin yang diyakini mampu membunuh virus corona dalam kurun waktu 48 jam. Kabar baiknya lagi, obat tersebut telah tersedia di seluruh dunia.
"Ketika kita sedang mengalami pandemi global dan belum ada sebuah obat medis yang disetujui seperti saat ini, kehadiran sebuah senyawa yang sudah tersedia secara luas dapat menolong banyak orang secara cepat,” ujar Dr Kylie Wagstaff dari Monash Biomedicine Discovery Institute, dalam pernyataan tertulis yang diterima kumparanSAINS, Sabtu (4/4).
Ilustrasi obat COVID-19. Foto: Shutter Stock
Kehadiran vaksin secara luas yang membutuhkan waktu cukup lama mendorong Dr. Wagstaff bersama timnya untuk segera merancang studi untuk menemukan obat potensial dari COVID-19.
ADVERTISEMENT
Dalam perjalanannya melakukan riset, para ilmuwan berhasil membuktikan bahwa Ivermectin dosis tunggal dapat menghentikan pertumbuhan virus corona jenis baru dalam kultur sel.
“Kami menemukan bahwa dosis tunggal Ivermectin pada dasarnya dapat membunuh virus jenis RNA dalam jangka waktu 48 jam. Dalam 24 jam pertama bahkan kami menemukan dampak pelemahan yang sangat signifikan,” imbuh Dr. Wagstaff.
Khasiat Ivermectin secara in-vitro terbukti ampuh saat mengobati berbagai virus termasuk HIV, Dengue (DBD), Influenza dan Zika. Sebagai garansi, obat anti-parasit tersebut pun telah mendapat pengakuan Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat.
Riset yang masih bersifat in-vitro ini selanjutnya akan masuk ke tahap menentukan dosis yang tepat untuk manusia demi menjamin keamanan dan efektivitasnya melawan virus SASR-CoV-2.
ADVERTISEMENT
"Ivermectin sudah cukup banyak digunakan dan diyakini sebagai obat yang aman." Kita perlu mencari tahu sekarang mengenai takaran dosis yang tepat yang dapat digunakan untuk manusia secara efektif - itu adalah langkah berikutnya, " imbuh Dr. Wagstaff.

Cara kerja Ivermectin

Dr. Wagstaff mengaku para ilmuwan belum bisa menjelaskan secara rinci bagaimana cara Ivermectin pada virus corona. Namun berdasarkan reaksinya terhadap virus-virus lain, Ivermectin terbukti efektif dalam menghentikan virus yang melemahkan sel inang.
Dr. Leon Caly yang merupakan dokter dari Rumah Sakit Royal Melbourne optimistis sekaligus penulis pertama dalam studi tersebut optimistis Ivermectin bisa menyembuhkan pasien COVID-19.
"Sebagai virolog yang merupakan bagian dari tim pertama melakukan isolasi dan membagi kasus SARS-COV2 di luar China pada Januari 2020, saya memiliki harapan besar mengenai prospek Ivermectin yang digunakan sebagai obat potensial untuk mengobati penderita COVID-19," kata Dr Caly yang juga merupakan seorang Ilmuwan Medis Senior di Victorian Infectious Diseases Reference Laboratory (VIDRL) di Institut Doherty, tempat percobaan dengan virus corona hidup dilakukan.
Sebuah mikrograf elektron transmisi yang tidak bertanggal dari partikel virus SARS-CoV-2 yang diambil dari pasien yang diisolasi di Amerika Serikat. Foto: NIAID Integrated Research Facility (IRF) via REUTERS
Riset terkait manfaat Ivermectin sebelumnya juga telah dilakuka Dr Wagstaff pada 2012 silam. Kala itu, ia mampu mengidentifikasi obat dan ‘aktivitas antivirusnya’ dengan Profesor David Jans dari Monash Biomedicine Discovery Institute yang juga menulis makalah ini.
ADVERTISEMENT
Profesor Jans dan timnya bahkan telah berpengalaman meneliti Ivermectin selama lebih dari 10 tahun dengan berbagai jenis virus. Dr Wagstaff dan Profesor Jans mulai meneliti apakah virus itu bekerja pada virus SARS-CoV-2 segera setelah COVID-19 dinyatakan sebagai pandemi.
Menurut Dr. Wagstaff, penggunaan Ivermectin untuk memerangi COVID-19 bergantung pada hasil pengujian praklinis yang kemudian dilanjutkan uji klinis sebagai tahap akhir. Dibutuhkan sokongan dana agar kedua tahap tersebut bisa terus berjalan.
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!