Ilmuwan Belgia Cari Pendonor Tinja untuk Pengobatan Penyakit Usus

27 Agustus 2018 14:43 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilmuwan olah feses manusia di laboratorium. (Foto:  REUTERS/Eric Vidal)
zoom-in-whitePerbesar
Ilmuwan olah feses manusia di laboratorium. (Foto: REUTERS/Eric Vidal)
ADVERTISEMENT
Meski terdengar aneh dan menjijikkan, namun sejumlah ilmuwan di Belgia percaya tinja bisa dimanfaatkan untuk menyelamatkan nyawa pasien. Oleh karena itu, mereka kini tengah mencari donor tinja untuk bantu penelitiannya terhadap berbagai penyakit, mulai dari gangguan usus dan alergi terhadap penyakit saraf.
ADVERTISEMENT
Dilansir Reuters, mereka yang mencari donor tinja adalah sekelompok peneliti dari Ghent University Hospital. Mereka tengah melakukan transplantasi mikrobiota pada seorang pasien yang sakit.
Ilmuwan mengekstrak mikrobiota baik, organisme mikroskopik yang hidup di usus besar, dari seorang donor sehat ke pasien dengan harapan bisa merepopulasi kembali mikrobiota baik di perut si pasien. Namun usaha pengobatan tersebut sulit dilakukan karena masalah mencari donor feses.
"Tidak mudah mendapat donor," ujar Hannelore Hamerlinck, peneliti biomedikal di rumah sakit tersebut. "Orang-orang tidak selalu mau mendonasikan feses mereka. Selain itu, hal ini juga sulit untuk dibicarakan. Tapi kami akhirnya memulai kampanye mencari donor tinja tersebut di Flanders (Belanda)."
Selain mengobati gangguan usus, feses diyakini peneliti memiliki manfaat dalam mengobati penyakit lain. Selama beberapa tahun terakhir, ada beberaa riset yang menemukan asosiasi antara gangguan mikrobiota di perut dengan penyakit seperti alergi dan kanker.
ADVERTISEMENT
"Mikroba merupakan bagian pusat dari sistem (tubuh). Bakteri di perut memproduksi hormon yang akan mempengaruhi otak. Mereka juga membantu kita untuk mengeluarkan bakteri jahat dan mencerna zat-zat berbahaya lain," kata Hamerlinck.
Ilmuwan olah feses manusia di laboratorium. (Foto:  REUTERS/Eric Vidal)
zoom-in-whitePerbesar
Ilmuwan olah feses manusia di laboratorium. (Foto: REUTERS/Eric Vidal)
Hamerlinck menambahkan, untuk menjadi pendonor tinja, seseorang haruslah berada dalam kondisi sehat. Mereka kemudian akan diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan dan juga harus menjalani tes selama tiga bulan, sebelum akhirnya diizinkan mendonor tinjanya.
Biasanya, orang-orang terdorong menjadi donor ketika keluarga atau orang terdekat mereka mengalami penyakit perut.