Ilmuwan Beri Makan Sapi Perah Tanaman Sejenis Ganja, Apa yang Terjadi?

16 November 2022 8:38 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-Ilustrasi sapi penghasil susu Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
com-Ilustrasi sapi penghasil susu Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Para ilmuwan memberi sapi perah makanan sejenis tanaman ganja yang disebut rami untuk melihat reaksi yang dialami hewan ternak tersebut. Hasilnya, sapi-sapi itu mengalami perubahan fisik dan perilaku, termasuk menjadi sering menguap, mengeluarkan air liur lebih banyak, dan gerakan tidak stabil.
ADVERTISEMENT
Penelitian yang diterbitkan di jurnal Nature food, menjelaskan bahwa penemuan ini dapat berimplikasi pada kesehatan manusia seiring dengan meningkatnya popularitas rami. Rami adalah jenis tanaman ganja yang dibudidayakan untuk berbagai kegunaan, termasuk tekstil, kertas, kosmetik, makanan, biofuel, plastik biodegradable, bahan konstruksi, dan pakan ternak.
Rami menjadi salah satu tanaman yang tumbuh paling cepat. Dia berasal dari Asia Tengah sebelum akhirnya menyebar ke Mediterania dan beberapa negara di dunia. Rami telah dibudidayakan oleh manusia selama ribuan tahun.
Rami merupakan spesies tanaman yang sama dengan Cannabis sativa alias ganja yang digunakan untuk memproduksi obat mariyuana dan hashish. Namun, rami punya kadar cannabinoid delta-9-tetrahydrocannabinol (THC) yang lebih rendah, zat psikoaktif yang bertanggung jawab atas efek tinggi atau ngefly.
ADVERTISEMENT
Rami juga mengandung cannabinoid lain–kelas zat yang ditemukan di tanaman ganja– seperti cannabidiol (CBD) yang tidak bersifat psikoaktif seperti THC tapi dapat menghasilkan efek farmakologis.
Ilustrasi pariwisata ganja. Foto: Iryna Imago/Shutterstock
Saat ini, sektor industri rami berkembang pesat, dan beberapa produk turunan dari rami telah diluncurkan dalam beberapa tahun terakhir, termasuk pakan ternak. Namun, beberapa kelompok veteriner, industri pakan, dan keamanan hewan, seperti Association of American Feed Control Officials (AAFCO) dan American Veterinary Medical Association (AVMA), telah memperingatkan agar tidak memberi makan hewan dengan produk rami sampai penelitian menunjukkan keamanannya.
"Ini adalah sikap kami bahwa penelitian ilmiah yang memadai untuk mendukung keamanan dan kegunaan rami dalam pakan ternak harus diselesaikan sebelum persetujuan federal atau negara bagian," tulis AAFCO, AVMA dan beberapa organisasi yang ditandatangani bersama lainnya dalam surat kepada para pemimpin pertanian sebagaimana dikutip Newsweek.
ADVERTISEMENT
Menurut mereka, diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami apakah rami aman atau tidak untuk hewan bila sering dikonsumsi dalam waktu lama. Belum jelas juga apakah cannabinoid dalam rami bisa ‘ditransfer’ dalam produk seperti daging, susu, telur sehingga bisa menimbulkan risiko kesehatan bagi manusia.
Di tengah minat industri untuk mengembangkan produk pakan ternak dari rami, tim peneliti Jerman memutuskan untuk mengeksplorasi masalah tersebut dengan melakukan studi pada sapi perah.
Para peneliti menganalisis efek pemberian pakan yang mengandung rami industri kepada 10 sapi perah penghasil susu. Mereka menggunakan dua varietas rami yang berbeda dalam percobaan, yang keduanya mengandung THC kurang dari 0,2 persen—di bawah tingkat legal maksimum di Uni Eropa.
Anak-anak sapi perah. Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan
Para ilmuwan kemudian menganalisis susu, darah dan kotoran sapi sambil menilai faktor fisiologis lainnya dan mengamati perilaku mereka. Tim menemukan bahwa memberi sapi makanan yang mengandung hingga 0,92 kilogram rami industri dengan konsentrasi cannabinoid yang sangat rendah pada hewan per hari tidak memiliki efek nyata pada kesehatan ternak.
ADVERTISEMENT
Namun, sapi yang diberi makan 0,84 hingga 1,68 kilogram rami industri dengan kandungan cannabinoid yang lebih tinggi menunjukkan perubahan perilaku dan fisik. Itu termasuk peningkatan menguap, air liur, gerakan tidak stabil, sekresi hidung, memainkan lidah, dan lebih sensitif.
Peneliti bilang, produksi susu yang berkurang mulai kembali normal dalam dua hari setelah sapi berhenti makan rami. Hasil analisis susu menunjukkan bahwa transfer cannabinoid, termasuk THC telah terjadi. Artinya, susu yang dihasilkan dari sapi juga jadi mengandung cannabinoid.
Para peneliti juga menemukan bahwa transfer cannabinoid ini telah terjadi sedemikian rupa sehingga jumlah THC dalam susu mencapai tingkat yang dapat melebihi dosis rujukan akut pada beberapa kelompok konsumen jika dikonsumsi oleh manusia. Dosis referensi akut adalah perkiraan jumlah zat yang dapat dicerna dalam periode 24 jam tanpa risiko kesehatan yang dapat diidentifikasi.
ADVERTISEMENT
"Tingkat paparan ini dapat memengaruhi sistem saraf pusat, misalnya, peningkatan sedasi, gangguan kinerja memori kerja, dan perubahan suasana hati." jelas para peneliti dalam penelitiannya.
Peneliti mengatakan, efek yang dialami sapi kemungkinan besar disebabkan oleh asupan cannabinoid dalam jumlah tinggi dari rami. Mereka menyimpulkan, memberi sapi perah makanan rami punya pengaruh pada fisiologi dan perilaku hewan dan dapat menyebabkan konsentrasi THC dalam susu yang dapat menimbulkan risiko kesehatan bagi kelompok konsumen tertentu. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menilai dampak cannabinoid ini.