Ilmuwan Beri Rp 46 Juta ke Responden yang Mau Diinfeksi Virus Flu Babi

4 November 2019 8:18 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi flu. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi flu. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Meski tak lagi jadi pandemi, virus influenza A H1N1 (flu babi) masih diteliti lebih lanjut oleh para ilmuwan global. Mereka masih ingin memahami dengan detail bagaimana virus bekerja dan bagaimana mengendalikannya.
ADVERTISEMENT
Mereka yang ingin melakukan riset lanjutan soal flu babi adalah peneliti dari National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID). Penelitian flu babi yang dilakukan tim ilmuwan NIAID terbilang unik dan menantang.
Pasalnya, mereka butuh responden yang mau diinfeksi dengan virus tersebut. Tentu saja peserta riset bakal diberi imbalan 3.300 dolar AS atau sekitar Rp 46 juta.
"Peneliti dari NIAID telah menjadi pelopor dalam uji coba ini," kata Direktur NIAID, Anthony S. Fauci, MD, seperti dikutip ABC11. "Percobaan ini menggunakan alat yang canggih untuk mempelajari berbagai aspek perkembangan penyakit influenza dan juga dapat membantu secara efisien mengembangkan perawatan dan vaksin baru."
Ilustrasi Virus. Foto: geralt via pixabay
Para peneliti mengumpulkan 80 orang sukarelawan, dengan rentang usia 18 hingga 49 tahun. Mereka kemudian akan menerima semprotan di hidung yang mengandung virus H1N1.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, para responden sengaja dikarantina selama sepekan di fasilitas rawat inap sampai mereka benar-benar terbebas dari virus tersebut, karena berpotensi menular ke orang lain.
Akibat terinfeksi virus H1N1, para sukarelawan mengalami gejala-gejala seperti batuk, napas tersengal-sengal, serta tubuh menjadi menggigil. Para ilmuwan kemudian mencari tahu seberapa berkhasiat antibodi flu yang sudah ada sebelumnya dalam mengatasi keparahan gejala flu setiap sukarelawan dan berapa lama gejala tersebut bisa diredam.
Seluruh rangkaian penelitian ini berlangsung di beberapa perguruan tinggi, seperti unit penelitian vaksin University of Maryland, Baltimore, Saint Louis University Center for Vaccine Development di Missouri, Duke University di North Carolina dan Cincinnati Children's Hospital Medical Center di Ohio.
Ilustrasi ilmuwan di laboratorium. Foto: Pixabay
Flu bisa berakibat fatal
ADVERTISEMENT
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (Centers for Disease Control and Prevention) memperkirakan, ada 36.400 hingga 61.200 orang meninggal akibat flu di negeri Paman Sam dalam rentang waktu antara Oktober 2018 hingga Mei 2019, dan lebih dari setengah juta orang dirawat di rumah sakit.
Flu bisa mematikan ketika ada infeksi lain yang terlibat, yakni saat virusnya memperburuk kondisi kesehatan lain atau ada respons imun yang luar biasa terhadap infeksi. Kondisi ini bisa menyebabkan komplikasi serius, seperti pneumonia, serangan jantung, dan sepsis.
Meskipun vaksin flu tahunan mudah diberikan, para ilmuwan dan dokter tidak dapat memastikan jenis virus apa yang menonjol setiap musim flu tiba. Cara tersebut masih dianggap sebagai cara terbaik untuk menghindari infeksi dan menghentikan penyebarannya. Mereka yang terinfeksi flu dapat mengobatinya dengan obat antivirus untuk mempersingkat durasi dan tingkat keparahannya.
ADVERTISEMENT