Ilmuwan Temukan 'Danau' Air Tawar Raksasa di Bawah Samudra Atlantik

26 Juni 2019 10:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lapisan akuifer raskasa yang berisi air tawar (area warna kuning). Foto: Adapted from Gustafson et al., Scientific Reports, 2019
zoom-in-whitePerbesar
Lapisan akuifer raskasa yang berisi air tawar (area warna kuning). Foto: Adapted from Gustafson et al., Scientific Reports, 2019
ADVERTISEMENT
Sekelompok ilmuwan menemukan akuifer raksasa berisi air tawar dalam volume besar di bawah Samudra Atlantik. Lokasi "danau" air tawar bawah laut ini terletak tak jauh dari pantai timur laut Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Penemuan ini sebenarnya tidak terlalu mengejutkan, mengingat petunjuk pertama ihwal akuifer berisi air tawar ini sudah mengemuka pada tahun 1970-an. Namun, para ilmuwan tidak menyangka lapisan kulit bumi berpori ini ternyata menyimpan "danau" air tawar yang mungkin mengalir di sepanjang timur laut AS.
Pada 1970-an, sejumlah perusahaan minyak terkadang menemukan air tawar ketika melakukan pengeboran bahan bakar fosil. Para ilmuwan tahu ada sesuatu di dalam sana, namun mereka terkendala dengan belum tersedianya data sumber daya dan ukuran.
“Kami tahu ada air tawar di sana, di tempat-tempat terpencil, tapi kami tidak tahu luas atau geometrinya,” ujar Chloe Gustafson, ahli geologi kelautan dari University of Columbia, seperti dikutip dari Science Alert.
Lapisan akuifer raskasa yang berisi air tawar (area warna kuning). Foto: Adapted from Gustafson et al., Scientific Reports, 2019
Untuk memastikan hal tersebut, beberapa peneliti yang merupakan rekan Gustafson melakukan studi percontohan di lepas pantai New Jersey dan Pulau Martha’s Vineyard di Massachusetts pada 2015. Mereka menggunakan alat penerima elektromagnetik yang dikeluarkan dari kapal peneliti Marcus G. Langseth. Tim mencoba mencari endapan air tanah di lepas pantai yang terkubur dalam sedimen di rak benua.
ADVERTISEMENT
Para ilmuwan kemudian meneliti dua lokasi pantai timur laut selama 10 hari, mencari tanda-tanda konduktivitas listrik di perairan bawah kapal. Menurut peneliti, air asin merupakan penghantar gelombang elektromagnetik (EM) yang lebih efektif ketimbang air tawar, sehingga penerima EM yang ditempatkan di lepas pantai memungkinkan peneliti untuk memetakan tingkat akuifer yang masih misterius.
Hasilnya, mereka menemukan sebagian besar sistem akuifer membentang sekitar 217 kilometer dari pantai Atlantik, dan mengandung sekitar 2.800 kilometer kubik salinitas rendah air tanah.
Kendati begitu, untuk saat ini hasilnya masih interpretatif. Tim menyimpulkan bahwa air tawar akuifer cenderung mengalir dari Delaware (di ujung selatan) hingga melewati New Jersey, New York, Connecticut, Rhode Island, hingga ke Massachusetts. Bahkan, para peneliti menduga bahwa danau air tawar tersebut mungkin lebih luas dari yang dibayangkan.
ADVERTISEMENT
“Jika kami mempertimbangkan potensi perluasan timur laut dan barat daya di luar profil kami, mungkin ada beberapa kali lebih banyak air tanah yang mendasari bagian timur laut dari landasan kontinen Atlantik AS. Yang mewakili sumber daya air tawar, juga menyaingi akuifer darat terbesar,” tulis para peneliti.
Perihal bagaimana akuifer bisa terbentuk di sana, tim peneliti menduga sebagian besar berasal dari air lelehan Zaman Es terakhir yang terperangkap dalam batuan sedimen.
Menurut peneliti, air tawar yang berada di dasar laut juga tak bisa langsung diminum. Air tersebut harus didesalinasi terlebih dahulu, karena beberapa bagiannya masih terasa payau (sedikit asin), terutama bagian yang paling dekat dengan pinggiran air laut.
Keberadaan akuifer raksasa ini menunjukkan, sistem air tanah serupa bisa jadi juga tersembunyi di bagian Bumi yang memiliki suhu udara lebih panas dan lebih kering, seperti California, Australia, atau Timur Tengah. Akuifer seperti ini bisa menjadi sumber daya yang penting.
ADVERTISEMENT