news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Ilmuwan Ungkap Misteri ‘Lingkaran Peri’ di Gurun Namibia

1 November 2022 8:26 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto udara 'Lingkaran Peri' di Gurun Namib, Namibia. Foto: Stephan Getzin
zoom-in-whitePerbesar
Foto udara 'Lingkaran Peri' di Gurun Namib, Namibia. Foto: Stephan Getzin
ADVERTISEMENT
Di beberapa gurun dunia, terdapat fenomena aneh. Di tengah kondisi sulit air dan jarang hujan, rumput bersatu membentuk lingkaran. Pola ini sering disebut fairy circle (lingkaran peri). Ilmuwan bingung atas penyebab pola-pola ini.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa lokasi. Pertama di Newman, barat laut Australia dan kedua gurun Namib, Namibia.
Lingkaran peri ini terdiri dari banyak lingkaran berdiameter 2 hingga 10 meter dengan warna lebih merah daripada sekitarnya. Tidak ada rumput yang hidup di tengah lingkaran.
Warga lokal Himba di padang rumput Namibia telah mewariskan legenda tentang lingkaran peri misterius di kawasan tersebut. Lingkaran sebesar beberapa meter tersebut dijuluki: "jejak kaki para dewa," sering dikatakan bahwa itu adalah karya dewa Himba, Mukuru, atau naga bawah tanah yang napas beracunnya membunuh apa pun yang tumbuh di dalam lingkaran itu, seperti dilansir dari Arstechnica.
Awalnya, ilmuwan berdebat apakah penyebab pola lingkaran ini adalah rayap tanah atau pola buatan tumbuhan, yang biasa disebut “pola Turing”.
Lingkaran Peri di Gurun Namib, Namibia. Foto: Shutterstock
Stephan Getzin, dari University of Goettingen meneliti lingkaran peri yang di Australia, pada makalah yang dipublikasikan tahun 2019, tidak menemukan keterlibatan rayap pada lingkaran peri gurun Newman Australia. Sekarang, ia beralih menguji hipotesis yang sama di lingkaran peri Namibia.
ADVERTISEMENT
“Kita sekarang dapat secara definitif menolak hipotesis rayap, karena rayap bukanlah prasyarat untuk membentuk lingkaran peri baru," kata Getzin.
Pada lokasi lingkaran peri yang terletak 80 hingga 140 kilometer dari pantai Namibia tersebut, Getzin dan kolega mengukur hujan di 10 titik di penjuru gurun Namib, dan memantau kondisi sekitar lingkaran setelah hujan.
Sensor kelembapan tanah juga diletakkan untuk mengukur kelembaban tanah dalam interval setengah jam.
Ketika rumput belum terbentuk dengan baik, sensor tanah mengungkapkan penurunan lambat kelembaban tanah baik di dalam maupun di luar lingkaran setelah hujan awal, para peneliti melaporkan. Peneliti tidak menemukan adanya rayap yang memakan akar.
Lingkaran Peri di Gurun Namib, Namibia. Foto: Shutterstock
Namun, begitu rumput di sekitarnya kuat, kelembapan tanah menghilang dengan cepat di mana-mana — termasuk di dalam lingkaran peri, meskipun tidak ada rumput di sana untuk mengambil air.
ADVERTISEMENT
"Di bawah panas yang kuat di Namib, rerumputan secara permanen berpindah dan kehilangan air. Oleh karena itu, mereka menciptakan vakum tanah-kelembaban di sekitar akar mereka dan air ditarik ke arah mereka," kata Getzin.
"Hasil kami sangat setuju dengan para peneliti yang telah menunjukkan bahwa air di tanah berdifusi dengan cepat dan horizontal di pasir ini bahkan pada jarak lebih dari tujuh meter."
Kesimpulannya, lingkaran peri menjadi semacam “baskom penampungan” yang menangkap air, dan tak membiarkannya kabur ke luar lingkaran.
"Dengan membentuk lanskap berpola kuat dari lingkaran peri yang berjarak sama, rumput bertindak sebagai insinyur ekosistem dan mendapat manfaat langsung dari sumber daya air yang disediakan oleh celah vegetasi," kata Getzin.
ADVERTISEMENT
"Faktanya, kita tahu struktur vegetasi yang terorganisir sendiri terkait dari berbagai lahan kering keras lainnya di dunia, dan dalam semua kasus itu tanaman tidak memiliki kesempatan lain untuk bertahan hidup kecuali dengan tumbuh persis dalam formasi geometris seperti itu."