Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Ini 7 Kandidat Vaksin Corona Paling Menjanjikan di Dunia
28 September 2020 12:28 WIB
Diperbarui 8 Oktober 2020 10:15 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dari jumlah tersebut, hanya 40 kandidat vaksin corona yang sudah diuji coba kepada manusia atau uji klinis. Jumlahnya mengerucut jadi cuma 7, jika yang dihitung cuma kandidat vaksin corona yang sudah masuk ke fase ke-3 uji klinis pada manusia.
Sebelum bisa dipakai secara massal, sebuah vaksin perlu melewati tiga fase uji klinis. Dua fase uji klinis awal bakal mengevaluasi keamanan, dosis, dampak, dan efektivitas vaksin corona dalam kelompok yang kecil. Pada fase ketiga, evaluasinya bakal berfokus pada seberapa efektif kandidat vaksin corona yang sedang diuji tersebut.
Lantas, kandidat vaksin corona mana yang paling menjanjikan untuk dipakai? Tanpa panjang lebar lagi, kamu bisa melihatnya melalui daftar berikut.
Vaksin AstraZeneca
Kandidat vaksin corona dari University of Oxford dan perusahaan farmasi AstraZeneca ini sempat menghebohkan publik pada awal September 2020 lalu. Sebabnya, seorang perempuan Inggris yang menjadi relawan uji coba mengalami peradangan sumsum tulang belakang.
Tak jelas apakah penyakit perempuan itu disebabkan oleh vaksin corona atau tidak.
ADVERTISEMENT
Uji vaksin corona dari Oxford pun dilanjutkan beberapa hari kemudian, setelah Otoritas Pengaturan Kesehatan Obat (Medicine Health Regulatory Authority) di Inggris menyebut bahwa vaksin itu aman untuk digunakan.
Vaksin corona dari Oxford sendiri mulai diuji coba fase pertama kepada manusia pada April 2020, masuk ke fase kedua pada Juli, dan di akhir Agustus 2020 akhirnya memasuki uji klinis fase ketiga. Uji coba ini dilakukan di Inggris, AS, Brazil, dan sejumlah negara lain.
Jika vaksin corona mereka terbukti efektif di fase klinis tahap ketiga, AstraZeneca menyebut bahwa vaksin itu siap dibuat hingga 300 juta dosis pada Oktober 2020.
CoronaVac milik Sinovac
Kandidat potensial lain adalah vaksin corona bernama CoronaVac dari perusahaan farmasi asal China, Sinovac. Vaksin corona tersebut telah mendapatkan persetujuan penggunaan darurat bagi ribuan orang di China pada bulan Juni 2020. Persetujuan penggunaan vaksin corona juga didapat oleh perusahaan farmasi milik pemerintah China, SinoPharm, dan perusahaan farmasi milik militer China, CanSino.
Setidaknya, Sinovac telah menjalankan uji klinis fase 1/fase 2 pada April 2020 kepada 743 orang di provinsi Jiangsu, China. Hasilnya, 90 persen relawan berhasil mengembangkan antibodi pada pekan kedua setelah mendapat dosis kedua dan tak memiliki efek samping yang serius.
ADVERTISEMENT
Pada September 2020, perusahaan juga menyebut telah menguji coba vaksin itu khusus kepada 421 orang dari kelompok usia yang lebih tua (60-89 tahun). Sinovac mengklaim bahwa uji coba ini tak memberikan efek samping apapun.
Hasil kedua uji coba tersebut diumumkan via press release, dan bukan dalam bentuk artikel ilmiah yang bisa diuji oleh ilmuwan lain.
Sinovac juga mengklaim bahwa sekitar 90 persen dari staf mereka telah diberi vaksin corona buatan perusahaan. Saat ini, SinoVac tengah menguji coba vaksin corona mereka kepada 24.000 orang di Brasil, Turki, dan Indonesia.
Vaksin Sinopharm
Kandidat vaksin corona buatan grup farmasi pemerintah China, Sinopharm, merilis diuji coba fase 1 dan 2 kepada manusia pada 13 Agustus 2020 di jurnal JAMA. Para peneliti pun mencatat bahwa tak ada efek samping yang serius dalam uji coba tersebut.
ADVERTISEMENT
Pada Juli 2020, Sinopharm mulai melakukan uji klinis fase 3 terhadap 15.000 orang di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Uji coba fase ketiga juga dilakukan di Peru dan Maroko, menurut laporan Reuters.
Sinopharm juga punya kandidat vaksin corona kedua hasil kerjasama dengan Beijing Institute of Biological Products. Vaksin ini sedang diuji coba fase ketiga di Uni Emirat Arab dan Argentina.
Pada 14 September 2020, pemerintah Uni Emirat Arab menyetujui penggunaan vaksin corona dari Sinopharm untuk pekerja medis garis depan, menurut laporan Reuters. Tidak jelas apakah vaksin yang disetujui itu hanya salah satu saja atau keduanya.
CanSino
Vaksin corona buatan CanSino adalah hasil kerja sama mereka dengan Beijing Institute of Biotechnology. Hasil uji klinis fase kedua dari vaksin mereka dipublikasi pada Juli 2020 di jurnal The Lancet.
ADVERTISEMENT
Uji coba tersebut melibatkan 508 orang yang secara acak menerima entah vaksin corona atau placebo. Hasilnya, 85 persen peserta yang mendapat vaksin corona berhasil mengembangkan antibodi. Tak ada efek samping serius dari vaksin corona CanSino, menurut peneliti, meski beberapa orang melaporkan demam, kelelahan, dan nyeri pada bagian tubuh di mana mereka di suntik.
Vaksin corona buatan CanSino kini tengah diuji coba di Rusia, menurut laporan Global Times. Media kepunyaan pemerintah China itu juga melaporkan kalau Pakistan, Meksiko, dan Arab Saudi tengah bernegosiasi untuk menguji coba vaksin buatan CanSino.
Vaksin Johnson & Johnson
Perusahaan obat-obatan Johnson & Johnson mulai menguji coba fase 1/fase 2 vaksin corona mereka pada Juli 2020. Uji coba ini melibatkan 1.045 orang sehat dengan rentang usia 18-55 tahun dan mereka yang di atas 65 tahun.
ADVERTISEMENT
Pada 23 September 2020, perusahaan mengumumkan kalau mereka bakal melanjutkan uji klinis fase ketiga pada 60 ribu relawan di AS, Brazil, Chile, Kolombia, Meksiko, Peru, Filipina, dan Afrika Selatan. Langkah tersebut menyusul hasil positif pada uji klinis fase sebelumnya yang bakal dirilis di jurnal pra-publikasi medRxiv, kata perusahaan.
Jika vaksin mereka lolos uji klinis, Johnson & Johnson telah sepakat menyediakan 100 juta dosis untuk AS.
Sputnik V
Kandidat vaksin corona yang terakhir datang dari Gamaleya Research Institute of Epidemiology and Microbiology. Lembaga penelitian kepunyaan pemerintah Rusia itu telah merilis vaksin corona bernama Sputnik V untuk digunakan bagi 'jumlah kecil warga sipil dari kelompok rentan' di negara mereka, seperti yang dilaporkan Science Mag.
Menurut Presiden Vladimir Putin, Sputnik V telah "melewati semua langkah yang dibutuhkan" untuk bisa dipakai oleh publik, meski vaksin itu dirilis sebelum uji klinis fase ketiga dimulai. Ia juga menyebut bahwa salah satu putrinya telah menerima vaksin corona itu.
ADVERTISEMENT
Namun, dengan ketiadaan fase uji klinis ketiga, para ilmuwan skeptis bahwa Sputnik V adalah vaksin corona yang efektif. WHO pun belum merekomendasikan Sputnik V, karena fase uji klinis ketiga yang dilewati. Di halaman informasi vaksin corona WHO, status vaksin corona dari Gamaleya Research Institute masih disebut tengah berada dalam uji klinis fase ketiga.
Pfizer
Vaksin corona buatan Pfizer dan perusahaan farmasi BioNTech jadi yang terbaru masuk ke dalam jajaran kandidat yang tengah menjalankan uji klinis fase ketiga. Menurut laporan Times, vaksin corona tersebut bakal mulai diuji coba fase ketiga pada September 2020, di mana hasil evaluasinya keluar pada Oktober 2020.
Sebelumnya, vaksin corona buatan Pfizer telah diuji coba fase 1/fase 2 pada Mei hingga Juni 2020. Dari 45 relawan yang diuji, tak ada efek samping serius yang dicatat peneliti meski ada relawan yang mengalami demam, kelelahan, pusing, dan nyeri otot. Hasil uji klinis fase ini dilaporkan di situs pra-publikasi medRxiv, dan belum ditinjau oleh ilmuwan lain.
ADVERTISEMENT
Pada 27 Juli, Pfizer dan BioNTech melanjutkan uji klinis fase 2/fase 3 yang melibatkan 30 ribu relawan dari 120 negara. Hasilnya, vaksin mereka aman dan efektif, menurut laporan Live Science. Pada 12 September 2020, badan pengawas obat dan makanan di AS (FDA) mengumumkan bahwa uji klinis vaksin corona Pfizer ditambah menjadi 44 ribu orang.