Ini Alasan Musik Pop Gampang Disukai Banyak Orang

14 November 2019 10:37 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi mendengarkan musik. Foto: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mendengarkan musik. Foto: Pexels
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ada banyak definisi tentang musik pop dan banyak penjelasan yang berubah-ubah seiring zaman. Ketidakjelasan definisi ini wajar, karena sebetulnya musik pop bukanlah sebuah genre, namun lebih menyerupai cita rasa masyarakat yang tentatif.
ADVERTISEMENT
Dan pada dasarnya, musik pop adalah sebutan untuk lagu-lagu yang memiliki daya tarik massa dalam periode waktu tertentu.
Namun, apa sih yang membuat musik pop mudah disukai oleh banyak orang? Menurut para ilmuwan, jawaban ini bisa dijelaskan secara ilmiah. Dari sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Current Biology, bisa diketahui bahwa lagu-lagu pop disukai khalayak lantaran menggabungkan unsur-unsur ketidakpastian dan kejutan.
Ilustrasi mendengarkan musik. Foto: Shutterstock
Kesimpulan tersebut didapatkan oleh para peneliti, setelah menganalisis 80.000 akor (chord) pada 745 lagu pop. Lagu-lagu ini terbukti populer pada masanya dan pernah nongkrong dalam chart Billboard Amerika Serikat, seperti "Country Road" dari James Country, UB40 dengan "Red, Red Wine", dan The Beatles dengan "Ob-La-Di, Ob-La-Da".
Dalam proses analisisnya, tim peneliti melucuti melodi dan ritme dalam lagu-lagu tersebut, dan hanya menyisakan akor. Kemudian, mereka meminta 39 sukarelawan untuk mendengarkan 1.039 akor dari 745 lagu pop, untuk dinilai "seberapa enak?" saat didengar. Dalam percobaan terpisah, tim peneliti juga meminta 40 orang lainnya untuk mendengarkan akor-akor yang sama, dalam keadaan otak mereka diamati langsung oleh pemindai khusus.
ADVERTISEMENT
Dari eksperimen itu kemudian terungkap, lagu-lagu pop rupanya "menyalakan" amigdala, hipokampus, dan korteks audio. Bagian-bagian pada otak ini membantu kita memproses emosi, belajar, mendapatkan kenangan dalam ingatan, dan memproses suara. Sementara nucleus accumbens, bagian otak yang berkaitan dengan kenikmatan mendengarkan musik, juga turut "menyala" atau "diaktifkan" ketika para sukarelawan mendengarkan kejutan dalam lagu-lagu pop.
Para peneliti pun menyimpulkan bahwa kita cenderung menikmati lagu ketika kita sebetulnya telah mengantisipasi akor tertentu, tetapi dikejutkan oleh akor lainnya. Dan kenikmatan ini juga terjadi saat kita tidak yakin akan "akor apa yang akan muncul?", tetapi malah mendapati akor yang seharusnya mudah diprediksi.
"Oleh karena itulah musik dapat menimbulkan kesenangan, dengan mendorong pendengar agar terus menduga dan menentukan perkiraan akan akor selama lagu diputar dalam waktu tertentu," ungkap para peneliti, dilansir Newsweek.
Ilustrasi membuat musik. Foto: Shutter Stock
Bagaimanapun, Vincent Cheung, ahli kognitif manusia dan ilmu otak dari Institute Max Planck, Jerman, mengatakan bahwa dia tidak menduga nucleus accumbens turut terkait dengan kenikmatan dalam mendengarkan musik pop. Sebab bagian otak ini biasanya hanya menyala ketika pendengar mendapatkan nuansa "ketidakpastian" di dalam musik, tetapi bukan untuk unsur kejutan.
ADVERTISEMENT
Dari hasil penelitian tersebut, Cheung percaya, mulai saat ini kita dapat lebih memahami banyak hal dari musik. "Kami pikir ada potensi besar dalam menggabungkan permodelan komputasi dan pencitraan otak untuk lebih memahami, tidak hanya mengapa kami menikmati musik, tetapi juga apa artinya menjadi manusia," katanya.
Cheung pun membayangkan beragam penemuan terhadap musik akan muncul dalam berbagai cara, mulai dari menciptakan musik dengan kecerdasan buatan, membantu penulis lagu dalam menulis musik, meningkatkan algoritma dan saran musik yang dipersonalisasi, dan bahkan memprediksi tren musik yang akan datang.
"Penelitian otak di masa depan juga dapat mempertimbangkan peran ekspektasi dalam apresiasi kita terhadap bentuk seni lain, seperti humor, film, dan tarian," tutup Cheung.
ADVERTISEMENT