Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Ini Bentuk Tubuh yang Lebih Berisiko Kena Penyakit Jantung, Menurut Ahli
28 September 2024 16:43 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Sudah sejak lama peneliti mengukur risiko penyakit kronis berdasarkan indeks massa tubuh (BMI). Namun sebuah studi baru di China mengungkap bahwa indeks kebulatan tubuh (BRI) menjadi indikator lebih baik dalam kaitannya dengan risiko penyakit kronis.
ADVERTISEMENT
Body Mass Index (BMI) adalah cara menghitung berat badan ideal berdasarkan tinggi dan berat badan. Sedangkan Body Roundness Index (BRI) adalah cara menghitung berat badan ideal mengukur tinggi badan, berat badan, lingkar pinggang dan terkadang lingkar pinggul.
Penelitian tersebut menyurvei 10.000 orang dewasa di China berusia 45 tahun atau lebih. Mereka menggunakan data dari China Health and Retirement Longitudinal Study, yang mana orang dewasa China mengukur pinggang mereka setiap dua tahun sekali, dari 2011 hingga 2020.
Mereka kemudian menganalisis lintasan pengukuran BRI dari waktu ke waktu, dan menempatkan peserta ke dalam tiga kelompok, BRI rendah, sedang, dan tinggi. Rumus untuk menghitung BRI sangat sederhana:
BRI = Lingkar Pinggang (cm) / Tinggi Badan (cm)
ADVERTISEMENT
Nilai BRI lebih tinggi menunjukkan proporsi tubuh yang lebih bulat. Kondisi ini mengindikasikan adanya penumpukan lemak di area perut. Namun, perlu diingat bahwa nilai BRI yang normal dapat bervariasi tergantung pada populasi dan faktor lainnya.
Selama empat tahun terakhir penelitian, dari 2017 hingga 2020, tercatat 3.052 kejadian terkait penyakit jantung , termasuk 894 kematian.
Para ilmuwan menemukan bahwa risiko penyakit jantung pada kelompok BRI sedang 61 persen lebih tinggi daripada kelompok BRI rendah, dan perbedaan risiko antara BMI tinggi dan rendah adalah 163 persen. Artinya, peserta yang memiliki BRI tinggi memiliki risiko penyakit jantung 163 persen lebih tinggi daripada peserta dalam kelompok BRI rendah.
Bahkan ketika peneliti melihat faktor-faktor seperti tekanan darah, kadar kolesterol, dan riwayat medis, orang-orang dengan BRI tinggi secara signifikan lebih mungkin terkena penyakit jantung.
Menurut American Heart Association, penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian utama di seluruh dunia, yang menewaskan 931.578 warga Amerika pada tahun 2021. Obesitas merupakan faktor risiko utama penyakit ini.
ADVERTISEMENT
“Temuan kami menunjukkan bahwa BRI sedang hingga tinggi yang stabil selama enam tahun tampaknya meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, yang menunjukkan bahwa pengukuran BRI berpotensi digunakan sebagai faktor prediktif untuk kejadian kardiovaskular,” ujar Dr. Yun Qian, penulis studi senior peneliti penyakit kronis di Nanjing Medical University Wuxi Centers for Disease Control and Prevention, China, dalam sebuah pernyataan sebagaimana dikutip Newsweek.
“Hal ini dapat dijelaskan oleh korelasi antara obesitas dan hipertensi, kolesterol tinggi, dan diabetes tipe 2, yang semuanya merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular. Obesitas juga terbukti menyebabkan peradangan dan mekanisme lain dalam tubuh yang dapat memengaruhi jantung dan fungsi jantung.”
Peneliti mengatakan, BRI bisa menjadi prediktor yang lebih akurat dibanding BMI dalam mengukur risiko penyakit terkait gaya hidup, seperti penyakit kardiovaskular.
ADVERTISEMENT
BMI telah lama dikritik sebagai instrumen kurang akurat karena tidak memperhitungkan komposisi tubuh. Ini membuat seseorang dengan otot besar bisa digolongkan sebagai orang dengan obesitas karena memiliki BMI tinggi, padahal berat badan ekstra mereka berasal dari otot, bukan lemak.
Di sisi lain, BRI secara khusus berfokus pada lingkar pinggang yang menurut penelitian sebelumnya bisa mengukur risiko penyakit jantung lebih akurat daripada obesitas yang ditentukan oleh BMI.
“Ini adalah studi besar pertama yang mengevaluasi BRI dari waktu ke waktu dan bagaimana hal itu dapat dikaitkan dengan kejadian penyakit kardiovaskular di kalangan orang dewasa China setengah baya dan lebih tua,” kata Qian.