Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
Menkopolhukam Wiranto diserang dua orang pria dan wanita saat kunjungan kerja di Menes, Pandeglang, Banten. Akibatnya, Wiranto mendapat luka tusukan pisau kecil atau kunai dan sempat mendapat perawatan di RSUD Berkah Pandeglang di Banten sebelum akhirnya diterbangkan ke RSPAD Gatot Soebroto di Jakarta.
ADVERTISEMENT
Dirut RSUD Berkah Pandeglang, Firmansyah, mengatakan Wiranto mengalami luka di bagian perut bawah karena tusukan benda tajam. Menurut Firmansyah, luka yang dialami Wiranto tidak dalam.
"Itu ada dua tusukan, tapi belum sampai ke usus. Terkenanya itu di bagian lapisan veritoniumnya. Kondisinya stabil," kata Firmansyah, Kamis (10/10).
Meski tidak dalam, luka akibat serangan pisau bisa meninggalkan "luka emosional" pada korbannya. Luka tersebut akan terus terkenang di sepanjang hidup si korban dan bisa membuat korban mengalami masalah psikologi.
Jo Manson, ahli bedah yang selama lebih dari 10 tahun bekerja di salah satu pusat penanganan trauma di London, Inggris, mengatakan bahwa pasien korban tusukan sering kali mendapat beban emosional setelah keluar dari rumah sakit.
ADVERTISEMENT
"Entah apa yang terjadi, akan ada sisa luka, memori, dan sebuah asosiasi yang jadi pengingat seumur hidup," ujar Manson kepada Vice.
"Bahkan, luka kecil di kulit yang bisa ditangani dengan jahitan dan bisa sembuh dalam hitungan minggu mungkin akan menjadi pengingat atas hal itu seumur hidup si korban," sambung dia.
Ia mengatakan bahwa ada beberapa pasien korban tusukan yang sampai di rumah sakit dalam kondisi sangat rapuh dan lemah. Hal ini membuat para ahli bedah menggunakan sebuah teknik penanganan medis darurat dari militer angkatan laut yang disebut "damage control" atau kontrol kerusakan.
Dalam teknik ini, para dokter akan menyetop pendarahan untuk menjaga pasien tetap hidup dan baru kembali menanganinya 48 jam kemudian. Para dokter melakukan itu untuk menunggu pasien berada dalam kondisi psikologi yang lebih baik dan mampu menjalani pengobatan pada lukanya.
ADVERTISEMENT
Biasanya, saat korban penusukan masuk ruang gawat darurat di rumah sakit, langkah pertama yang dilakukan petugas medis adalah memberikannya transfusi produk darah, seperti plasma darah dan trombosit. Hal ini dilakukan karena cedera parah akibat luka tusukan akan membuat mekanisme pembekuan darah pada tubuh korban mengalami gangguan.
Selain itu, jika pasien mengalami pendarahan parah, maka transfusi saja tidak cukup untuk menolongnya. Perlu dilakukan operasi untuk menyetop pendarahan dan memperbaiki sirkulasi darah.
Manson mengatakan bahwa keputusan untuk mengobati luka juga tidak serta merta dilakukan. Menurutnya, para dokter perlu melihat beban cedera dan kondisi pasien.
"Jadi harus melihat seberapa banyak darah yang hilang, seberapa parah kerusakan jaringan akibat tusukan, dan strategi resusitasi mana yang akan kita lakukan," jelas Manson.
ADVERTISEMENT
Di samping itu, Manson mengatakan bahwa waktu sangat krusial bagi penanganan luka tusukan. Menurutnya, secepat apa pendarahan korban tusukan dihentikan akan sangat berpengaruh pada keselamatan si korban.
"Semakin banyak darah yang hilang, semakin banyak disfungsi organ yang terjadi, dan semakin berat juga usaha tubuh untuk kembali pulih," kata dia.
Ia menambahkan bahwa di manapun lokasinya, luka akibat tusukan benda tajam sangat brutal. "Luka seperti itu dibuat langsung oleh pelaku dengan cara yang mungkin sangat emosional, penuh kemarahan, dan terjadi pada keadaan yang menakutkan," pungkas Manson.