Ini Penyakit Menular Paling Mematikan menurut WHO, Lebih Buruk daripada COVID-19

3 November 2024 11:11 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas kesehatan memindai warga binaan di dalam mobil pemindaian sinar X (X-Ray) saat pemeriksaan Tuberkulosis (TB) di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan (LPP) Kelas II-A Semarang, Jawa Tengah, Jumat (25/3/2022). Foto: Aji Styawan/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Petugas kesehatan memindai warga binaan di dalam mobil pemindaian sinar X (X-Ray) saat pemeriksaan Tuberkulosis (TB) di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan (LPP) Kelas II-A Semarang, Jawa Tengah, Jumat (25/3/2022). Foto: Aji Styawan/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut tuberculosis (TB) kembali menjadi penyakit menular paling mematikan di dunia. Sebelumnya, status tersebut dipegang oleh COVID-19 sejak 2020.
ADVERTISEMENT
Dengan mengumpulkan data dari 193 negara, WHO menemukan 1,25 juta orang meninggal dunia karena TB di seluruh dunia pada 2023. Angka tersebut jauh lebih besar daripada total kematian global akibat COVID-19, yang mencapai 320 ribu jiwa pada periode yang sama.
Penderita tuberculosis secara keseluruhan mencapai 10,8 juta kasus pada tahun lalu, meningkat dari 10,7 juta kasus pada 2022. Ini juga peningkatan signifikan dibandingkan data 2021 (10,4 juta kasus) dan 2020 (10,1 juta kasus).
Sebanyak 87 persen infeksi terjadi di hanya 30 negara. India, Indonesia, China, Filipina, dan Pakistan menjadi penyumbang terbesar dengan total 56 persen.
Ilustrasi bakteri. Foto: Billion Photos/Shutterstock
"WHO mendesak semua negara untuk menepati komitmen konkret yang telah mereka buat untuk memperluas penggunaan alat-alat tersebut, dan untuk mengakhiri TB," kata Tedros dalam pernyataan resmi.
ADVERTISEMENT
TB sendiri disebabkan oleh bakteri patogen Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat disembuhkan pada sekitar 85 persen kasus, tapi membunuh hampir 50 persen pasien yang tidak menerima pengobatan.
"Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang dapat dicegah dan biasanya dapat disembuhkan," tulis WHO dalam laporan berjudul Global tuberculosis report 2024. "Namun pada 2023, TB mungkin kembali menjadi penyebab kematian utama di dunia akibat satu agen infeksius, setelah tiga tahun digantikan oleh penyakit virus korona (COVID-19), dan menyebabkan kematian hampir dua kali lipat dibandingkan HIV/AIDS."
"Tindakan mendesak diperlukan untuk mengakhiri epidemi TB global pada 2030, sebuah tujuan yang telah diadopsi oleh semua Negara Anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Organisasi Kesehatan Dunia."
Ilustrasi pasien di rumah sakit. Foto: Thaiview/Shutterstock
Meski penyakit ini kembali menjadi pembunuh global, WHO mengidentifikasi "beberapa tren positif". Contoh, jumlah kematian akibat TB telah menurun selama beberapa tahun, kecuali 2020 dan 2021, dengan periode 2023 jauh lebih rendah daripada 1,32 juta kematian yang dilaporkan pada 2022.
ADVERTISEMENT
Jumlah kematian akibat TB mencapai puncaknya di angka 1,42 juta jiwa pada 2021, sementara jumlah saat ini masih jauh di bawah tingkat sebelum pandemi yaitu 1,34 juta kematian pada 2019. Ditambah, ada enam vaksin baru yang saat ini sedang dalam uji klinis fase ketiga, dengan potensi pengobatan baru mungkin tersedia dalam lima tahun ke depan.