news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Ini Penyebab Astronaut Tak Bisa Jalan dan Berdiri Saat Pulang dari Luar Angkasa

22 Maret 2021 7:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tim penyelamat membawa kru Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) Anatoly Ivanishin dari badan antariksa Rusia Roscosmos saat mendarat di Dzhezkazgan, Kazakhstan, Kamis (22/10). Foto: Rosaviatsiya / via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Tim penyelamat membawa kru Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) Anatoly Ivanishin dari badan antariksa Rusia Roscosmos saat mendarat di Dzhezkazgan, Kazakhstan, Kamis (22/10). Foto: Rosaviatsiya / via REUTERS
ADVERTISEMENT
Menjadi astronaut sungguh profesi luar biasa karena bisa pergi ke luar angkasa. Namun, saat kembali hidup di Bumi adalah perkara yang kurang menyenangkan bagi astronaut yang habis menjalankan tugas di luar angkasa. Mereka bahkan kesulitan untuk melakukan aktivitas sederhana seperti berdiri dan jalan dengan kedua kakinya.
ADVERTISEMENT
Kesulitan yang dihadapi astronaut setelah pulang bertugas memang dapat dipahami. Sebab, ketiadaan gravitasi dalam waktu lama dapat mengacaukan orientasi yang kita miliki.
Di Bumi, orang bisa tahu secara mudah atas dan bawah, atau ketika ia sedang naik atau turun. Masalahnya, di luar angkasa dengan gravitasi nol, atas dan bawah, tidak ada bedanya.
Manusia juga bukan makhluk hidup yang secara alamiah bisa melayang bebas di angkasa. Kita punya sensor di dalam telinga kita yang merupakan bagian dari sistem vestibular untuk mengontrol keseimbangan.
Ketika baru tiba di luar angkasa, astronaut seringkali merasa pusing atau mual karena sensor tersebut belum dapat menyesuaikan dengan kondisi sekitar. Nah, begitu mereka kembali ke Bumi, sensor tersebut juga butuh beberapa waktu lagi untuk menyesuaikan diri.
ADVERTISEMENT
“Transisi dari satu medan gravitasi ke medan gravitasi lainnya lebih sulit daripada kedengarannya. Ini mempengaruhi orientasi spasial, koordinasi kepala-mata dan tangan-mata, keseimbangan, dan penggerak, dengan beberapa anggota awak mengalami mabuk perjalanan luar angkasa,” kata badan antariksa AS, NASA, dalam halaman situs web mereka yang khusus mempelajari efek luar angkasa bagi manusia.
“Saat beralih dari tanpa bobot ke gravitasi, astronot mungkin mengalami intoleransi ortostatik pasca penerbangan di mana mereka tidak dapat mempertahankan tekanan darah saat berdiri, yang dapat menyebabkan pusing dan pingsan.”
Petugas saat membantu astronaut Anne McClain untuk keluar dari kapsul Soyuz MS-11 tak lama setelah mendarat di daerah terpencil di luar kota Dzhezkazgan (Zhezkazgan), Kazakhstan. Foto: AFP/ALEXANDER NEMENOV
NASA menambahkan, mereka telah mempelajari bahwa tanpa gravitasi Bumi yang memengaruhi tubuh manusia, tulang manusia kehilangan rata-rata 1 hingga 1,5 persen kepadatan mineral per bulan selama penerbangan luar angkasa.
ADVERTISEMENT
Setelah kembali ke Bumi, pengeroposan tulang mungkin tidak dapat sepenuhnya diperbaiki dengan rehabilitasi. Lalu, tanpa diet yang tepat dan olahraga rutin di luar angkasa, astronaut juga bisa kehilangan massa otot lebih cepat daripada di Bumi.
“Selain itu, cairan dalam tubuh bergeser ke atas ke kepala dalam gaya berat mikro, yang dapat memberi tekanan pada mata dan menyebabkan masalah penglihatan,” kata NASA. “Jika pencegahan atau tindakan pencegahan tidak diterapkan, kru dapat mengalami peningkatan risiko terkena batu ginjal akibat dehidrasi dan peningkatan ekskresi kalsium dari tulang.”