Jakarta Terasa Lebih Panas Belakangan Ini, Apa Penyebabnya?

19 November 2019 18:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang warga menggunakan payung guna terhindar dari panasnya matahari, Jakarta, pada Selasa (22/10/2019). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Seorang warga menggunakan payung guna terhindar dari panasnya matahari, Jakarta, pada Selasa (22/10/2019). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Beberapa hari belakangan, suhu di Jakarta terasa lebih panas dari biasanya dan terasa menyengat. Banyak warga mengeluhkan tentang hal ini di media sosial, terutama bagi mereka yang harus beraktivitas di luar ruangan pada siang hari.
ADVERTISEMENT
Tak aneh, suhu maksimum di Jakarta dalam sepekan terakhir saja berkisar 33-34 derajat Celcius. Ini disampaikan oleh Miming Saepudin, selaku Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Miming menjelaskan, Stasiun Meteorologi yang dimiliki BMKG di Kemayoran mencatat suhu di Jakarta mencapai 33 derajat Celsius sejak Rabu (13/11). Dalam rentang waktu sepekan terakhir, suhu tertinggi terjadi pada Sabtu (16/11), mencapai angka 34,6 derajat Celsius.
“Suhu udara tersebut masih masuk dalam kategori normal. Kondisi suhu udara panas beberapa hari terakhir dominan dipengaruhi oleh kondisi cuaca cerah di mana tutupan awan yang sangat minim, sehingga radiasi yang diterima permukaan bumi cukup signifikan karena tidak terhalang awan dan akhirnya akan meningkatkan suhu udara permukaan,” ujar Miming, saat dihubungi kumparanSAINS melalui pesan singkat, Selasa (19/11).
matahari terik cuaca panas Foto: Shutterstock
Miming menambahkan bahwa kondisi cerah dan pertumbuhan awan yang sangat minim di wilayah Jakarta dan sekitarnya disebabkan karena uap air di atmosfer yang sedikit dan kelembaban udara relatif kering.
ADVERTISEMENT
Dinamika cuaca yang terjadi itu dipicu adanya aliran massa udara kering dari Australia ke wilayah Indonesia bagian selatan. Massa udara kering tersebut lantas menghambat pertumbuhan awan-awan hujan sehingga berdampak secara tidak langsung pada kondisi terik pada siang hari. Selain itu, potensi hujan juga masih rendah.
“Saat ini, curah hujan masih terkonsentrasi di wilayah Sumatra dan Kalimantan bagian Barat,” pungkasnya.
Sedangkan beberapa wilayah di Jawa, telah terjadi hujan dengan intensitas menengah. Musim hujan dengan intensitas tinggi akan dimulai pada Desember, dan puncaknya terjadi pada Januari dan Februari tahun depan.