Jepang Kembali Gelar Perburuan Lumba-lumba yang Memicu Kontroversi

2 September 2019 16:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Lumba-lumba Foto: NOAA NMFS/ Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Lumba-lumba Foto: NOAA NMFS/ Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Perburuan lumba-lumba yang rutin digelar Jepang setiap tahun telah menjadi kontroversi. Ajang memburu lumba-lumba itu diadakan di kota Taiji, yang berjarak sekitar 254 kilometer dari Kyoto.
ADVERTISEMENT
Dalam perburuan ini, banyak lumba-lumba digiring ke sebuah teluk kecil untuk dibunuh dan diambil dagingnya. Menurut laporan BBC News, ada juga lumba-lumba yang ditangkap untuk dijual ke akuarium dan taman air di Jepang.
Perburan lumba-lumba tahunan ini telah berlangsung selama puluhan tahun. Tapi, dia baru mendapat perhatian global pada 2009 lalu, ketika ada film dokumenter berjudul The Cove yang kemudian mendapat penghargaan Oscar.
Perburuan ini dimulai pada Minggu (1/9). Media lokal Jepang memberitakan bahwa tidak ada lumba-lumba yang berhasil ditangkap pada hari pertama. Tetapi, The Dolphin Project, organisasi perlindungan lingkungan, menyebut ada lima lumba-lumba risso yang terbunuh pada Senin (2/9).
Jepang sendiri telah menetapkan kuota untuk membatasi jumlah lumba-lumba yang dibunuh tiap tahunnya. Per tahunnya jumlah lumba-lumba yang boleh diburu untuk ditangkap atau dibunuh adalah 1.700.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, para aktivis tetap menilai perburuan ini adalah tindakan keji. Menurut mereka, dalam perburuan ini proses kematian si lumba-lumba bisa terjadi dengan sangat lama, yaitu sekitar 30 menit.
Sementara banyak nelayan di Taiji yang penghidupannya bergantung pada perburuan ini. Padahal, permintaan atas daging lumba-lumba terus menurun dalam beberapa tahun terakhir ini. Itu akibat kandungan berbahaya merkuri di daging mamalia laut tersebut.
Selain diambil dagingnya, lumba-lumba yang ditangkap hidup juga dijual ke akuarium atau taman air. Tetapi, ada dorongan untuk tidak membeli lumba-lumba yang ditangkap di Taiji.
Sebelumnya, Jepang juga pernah mendapat kritik atas industri perikanannya. Awal tahun 2019, Jepang memulai kembali perburuan paus setelah keluar dari International Whaling Commission (IWC).
ADVERTISEMENT
Kapal-kapal pemburu paus mulai meninggalkan pelabuhan pada 1 Juli 2019. Dilansir BBC News, sudah ada paus yang ditangkap, dibunuh, dan dijual dagingnya.
IWC telah melarang perburuan paus sejak 1986. Meski begitu, Jepang tidak pernah berhenti memburu paus dengan alasan penelitian.