Kaum Perempuan Paling Rentan Alami Disfungsi Seksual

27 November 2019 20:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Vaginismus Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Vaginismus Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Secara umum, disfungsi seksual merupakan hambatan bagi individu atau pasangan untuk mengalami kepuasan dalam berhubungan seks. Dalam hal ini, para ahli membagi disfungsi seksual ke dalam 4 kategori, yakni gangguan libido, gangguan orgasme, gangguan rangsangan seksual, dan nyeri saat penetrasi.
ADVERTISEMENT
“Namun, banyak yang mengaku tidak tertarik untuk membahas topik ini (masalah seksual), dengan alasan mungkin menganggap ini tabu, atau sebaiknya hal seperti ini dibicarakan hanya di kamar tidur saja,” ujar dr Yassir Yanuar MIB, Sp.OG (K), Msc, CEO Bamed Healthcare Group, ditemui di Jakarta pada Rabu (27/11).
Padahal, menurutnya, masalah seksual yang tak diobati akan menurunkan kualitas hidup seseorang. Baik pria maupun pere, sama-sama berisiko menderita gangguan seksual. Namun berdasarkan riset, perempuan memang menjadi kaum yang paling rentan, juga paling enggan mengakui kondisinya.
Ilustrasi berhubungan seks. Foto: Shutterstock
Hasil penelitian yang dilakukan Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr Cipto Mangunkusumo pada 2018, dari 300 perempuan yang disurvei, 90 persen di antaranya pernah mengalami gangguan seksual. Namun hanya 6 persen yang mencari pertolongan medis.
ADVERTISEMENT
"Kalau hubungan seksualnya saja sudah tidak berjalan, lalu bagaimana dengan fungsi reproduksinya? Bagaimana pembuahan terjadi secara alami? Sedangkan (pria) sulit penetrasi ke lubang vagina (penderita gangguan seksual)," tambah dr Yassir.
Hingga saat ini, belum ada angka prevalensi yang pasti mengenai penderita disfungsi seksual di Indonesia. Keengganan untuk berobat menjadi salah satu faktor sulitnya mendata jumlah kasus gangguan seksual.
Ilustrasi Masalah Seks Suami Istri. Foto: Pixabay
Ironisnya, seorang perempuan bisa mengalami satu atau beberapa jenis disfungsi seksual secara sekaligus, bahkan dalam waktu yang bersamaan. Gangguan ini bisa terjadi sejak seseorang mulai aktif berhubungan seks atau baru muncul di kemudian hari.
Secara umum, disfungsi seksual dapat terjadi saat kadar hormon berubah, seperti dalam masa kehamilan, setelah melahirkan atau menyusui, dan ketika perempuan memasuki masa menopause, di mana kadar hormon estrogen mulai menurun. Penurunan estrogen ini memicu perubahan jaringan di organ genital serta gangguan rangsangan seksual.
ADVERTISEMENT