Kebakaran Hutan Amazon Ancam Ketersediaan Air di Bumi

1 Desember 2019 12:44 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Potret udara dari bekas kebakaran hutan Amazon di dekat Humaita, Negara Bagian Amazonas, Brasil. Foto: REUTERS/Ueslei Marcelino
zoom-in-whitePerbesar
Potret udara dari bekas kebakaran hutan Amazon di dekat Humaita, Negara Bagian Amazonas, Brasil. Foto: REUTERS/Ueslei Marcelino
ADVERTISEMENT
Kebakaran hutan Amazon tahun ini kembali menjadi perhatian publik. Bukan saja karena kebakaran hutan hujan terbesar di dunia itu yang terburuk sejak 2010, tapi juga dampaknya mempengaruhi ketersediaan air puluhan juta orang.
ADVERTISEMENT
Menurut laporan sebuah tim peneliti di Brazil, partikel debu akibat kebakaran hutan Amazon terbawa hingga area gletser di pegunungan Andes, Amerika Selatan. Peneliti menyebut bahwa partikel debu ini terbawa hingga ratusan kilometer karena angin dan memungkinkan mereka terperangkap di salju dan es.
“Mencairnya gletser tropis menyediakan sumber daya air bagi jutaan orang, yang melibatkan tuntutan sosial, ekologis, dan ekonomi. Saat ini, waduk air ini terancam oleh laju percepatan hilangnya massa yang terkait dengan perubahan iklim modern terkait dengan emisi gas rumah kaca dan pada akhirnya perubahan penggunaan atau tutupan lahan,” jelas tim penelitian tersebut dalam artikel ilmiah mereka yang dipublikasi di Scientific Reports, Kamis (28/11).
“Sampai sekarang, efek perubahan penggunaan atau tutupan lahan pada gletser Andes tropis Amerika Selatan melalui kegiatan pembakaran biomassa belum diselidiki,” sambung mereka.
ADVERTISEMENT
Penampakan Gletser Siachen Foto: Wikimedia Commons
Adapun Gletser, termasuk yang ada di Andes, adalah sumber waduk air tawar penting bagi sebagian besar planet ini. Diperkirakan 75 juta orang mengandalkan air dari gletser di pegunungan Andes, sehingga gangguan terhadap pencairan gletser berpotensi mempengaruhi kehidupan sehari-hari jutaan orang yang tinggal di negara-negara sekitarnya.
Tim peneliti juga menambahkan, pencairan gletser yang lebih cepat dapat mempersingkat periode penanaman tanaman, membatasi pasokan air minum, dan pada akhirnya menyebabkan konflik atas sumber daya yang semakin menipis.
"Ini tidak dapat dianggap sebagai masalah regional. Sebaliknya, masalah ini memiliki implikasi sosial pada skala benua," kata Newton de Magalhaes Neto, peneliti dari Rio de Janeiro State University's Institute of Geography yang memimpin tim tersebut, dilansir AFP.
Asap mengepul saat kebakaran di area hutan hujan Amazon dekat Porto Velho, Negara Bagian Rondonia, Brasil. Foto: REUTERS/Ueslei Marcelino
Hutan Amazon sendiri mengalami kebakaran setiap tahun selama musim kemarau, antara Juli dan Oktober atau November. Kebakaran hutan Amazon yang terjadi tahun ini tiga kali lebih tinggi ketimbang tahun 2018 dan jumlah tertinggi sejak 2010. Penyebabnya pun dimulai oleh manusia yang hendak membuka lahan untuk pertanian, infrastruktur, ternak, penebangan, dan pertambangan.
ADVERTISEMENT