Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
ADVERTISEMENT
Musim hujan mulai datang. Di beberapa daerah, cahaya lampu yang menyala saat malam hari di musim ini kerap dikerumuni kawanan laron .
ADVERTISEMENT
Kehadiran serangga ini tak hanya mengganggu aktivitas manusia, tetapi juga memunculkan rasa penasaran kita. Ternyata fenomena ini memiliki kaitan erat dengan siklus hidup laron dan kondisi lingkungan saat musim penghujan.
Laron sendiri adalah rayap tanah yang bermetamorfosis, ditandai dengan tumbuhnya dua pasang sayap dengan ukuran sama yang lebih panjang dari ukuran tubuhnya. Oleh karena itu, rayap diklasifikasikan dalam ordo Isoptera yang berasal dari kata “iso” bermakna sama dan “ptera” yang berarti sayap.
Kawanan laron bergerak untuk mencari tempat yang lebih hangat. Oleh karena itu, koloni laron kerap mengerubungi sumber cahaya yang hangat, seperti lampu bohlam dan bahkan televisi yang sedang menyala.
ADVERTISEMENT
“Koloni (laron terbang mencari) suhu yang hangat,” ujar Gary Chocrane, pakar pengendalian hama di Amalgamated Pest Control, dilansir News Australia.
Dalam tesis yang berjudul Pemaknaan Koleksi Serangga Museum Zoologicum Bogoriense dari Sudut Pandang Ethno-Entomologi yang ditulis oleh M. Rofik Sofyan, mahasiswa pascasarjana Universitas Indonesia, disebutkan laron kerap terbang dalam jumlah banyak di malam hari saat hari-hari pertama musim hujan. Saat itu, laron akan terbang mencari lampu untuk mengeringkan diri.
Ironi laron: kawin atau mati
Selain mencari tempat hangat, keluarnya laron menuju sumber cahaya tak lain melakukan ritual mencari pasangan untuk membentuk koloni baru. Mereka terbang lambat dengan menggantungkan badan di bawah sayapnya.
Tragisnya, jika mereka gagal mendapatkan pasangan, maka laron akan hidup hanya satu malam saja, dan kemudian mati ketika fajar datang. Bagi laron yang berhasil menggaet pasangan, mereka akan menanggalkan sayap dan berjalan mencari lubang di bawah tanah untuk kawin dan bertelur.
ADVERTISEMENT
“Laron atau alate hidup antara 1-2 hari setelah keluar dari koloninya tergantung jenisnya. Setelah dapat pasangan betina (calon queen) maka terus hidup sebagai koloni baru, dan ketika tidak berhasil segera mati," jelas Prof. Rosichon Ubaidillah, peneliti serangga dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) beberapa waktu lalu.
Laron memiliki nama ilmiah Macrotermes gilvus. Ia masuk dalam jenis rayap dari kasta reproduktif atau dikenal juga dengan sebutan Alate. Koloni rayap mengenal dua kasta lainnya, yakni kasta pekerja dan kasta prajurit.
Pembagian kasta-kasta ini menjadi hal lazim di antara serangga yang hidup berkoloni dan saling bergantung satu sama lain, seperti semut dan lebah.