Kenapa Tak Ada Lagi Astronaut yang Pergi ke Bulan?

16 Juli 2018 17:10 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Buzz Aldrin saat menjejakkan kaki di bulan 1969. (Foto: NASA)
zoom-in-whitePerbesar
Buzz Aldrin saat menjejakkan kaki di bulan 1969. (Foto: NASA)
ADVERTISEMENT
Pernahkah kamu bertanya-tanya mengapa tidak ada lagi astronaut yang pergi ke bulan? Pertanyaan ini memang seringkali menjadi senjata bagi para penggemar teori konspirasi yang mengatakan bahwa cerita NASA berhasil membawa manusia ke Bulan hanyalah sebuah kebohongan.
ADVERTISEMENT
Mereka berargumen, jika NASA berhasil membawa manusia ke bulan di tahun 1969, mengapa saat teknologi semakin canggih justru pendaratan ke bulan tidak pernah dilakukan lagi?
Sejauh ini NASA memang telah berhasil mendaratkan 12 orang ke Bulan dan yang paling terkenal adalah mendiang Neil Armstrong yang menjadi manusia pertama yang menjejakkan kaki di Bulan pada 16 Juli 1969. Peristiwa ini disiarkan di televisi Amerika Serikat dan dianggap sebagai salah satu momen paling bersejarah, bukan hanya untuk NASA dan Amerika Serikat, melainkan juga bagi dunia.
Sementara itu, Eugene Cernan bersama Apollo 17 menjadi manusia terakhir yang pernah ke bulan pada Desember 1972.
Lalu apa saja alasan mengapa tidak pernah ada lagi manusia yang dikirim ke Bulan?
Neil Armstrong saat menjejakkan kaki di bulan 1969. (Foto: NASA)
zoom-in-whitePerbesar
Neil Armstrong saat menjejakkan kaki di bulan 1969. (Foto: NASA)
ADVERTISEMENT
Biaya yang sangat mahal
Pada 2017 NASA menerima dana dari pemerintah AS sebesar 19,5 miliar dolar Amerika Serikat dan akan naik menjadi 19,9 miliar dolar pada 2019. Meski demikian, menurut mantan astronaut, Walter Cunningham, anggaran untuk NASA dari pemerintah termasuk kecil dibandingkan puluhan tahun yang lalu.
"Pada 1965 pemerintah menganggarkan 4 persen dari total anggaran pemerintah untuk NASA. Sementara dalam 40 tahun terakhir, anggaran untuk NASA selalu di bawah 1 persen dan dalam 15 tahun terakhir hanya tinggal 0,4 persen," kata Cunningham dilansir Business Insider.
Selain itu, NASA sudah memiliki misi lain yang juga menelan biaya besar. Saat ini impian terbesar NASA adalah untuk pergi ke Mars, dan NASA sudah meluncurkan beberapa misi ke Mars, Jupiter, Sabuk Asteroid, dan juga membangun Teleskop Luar Angkasa James Webb.
ADVERTISEMENT
Pada 2005, NASA memperkirakan butuh dana 104 miliar dolar AS untuk kembali ke Bulan. Atau lebih tepatnya 133 miliar dolar AS pada 2018 bila dihitung dengan inflasi. Akan ini tentu sulit terpenuhi jika anggaran dari pemerintah pada 2017 hanyalah kurang dari 20 miliar dolar AS.
Politik di Amerika Serikat yang menghambat NASA
Politik di Amerika Serikat rupanya ikut mempengaruhi kinerja NASA. Setiap kali ada pergantian presiden, maka terjadi pergantian prioritas misi yang harus dilakukan oleh NASA.
Sebagai contoh, pada 2004 pemerintahan Bush meminta agar NASA mengganti pesawat mereka dan mempersiapkan diri untuk kembali ke Bulan. NASA telah mempersiapkan program Constellation untuk mendaratkan kembali manusia ke Bulan dan juga roket bernama Ares serta pesawat luar angkasa Orion.
Logo NASA. (Foto: NASA)
zoom-in-whitePerbesar
Logo NASA. (Foto: NASA)
Namun setelah menghabiskan dana 9 miliar dolar AS dan lima tahun untuk mengembangkan program ini, pemerintahan Bush berganti ke Obama dan program Constellation dibatalkan. NASA pun kemudian mengalihkan fokus mereka pada pengembangan Space Launch System.
ADVERTISEMENT
Meski belum ada sinyal proyek SLS akan dibatalkan oleh Trump, namun pemerintahan kali ini sudah mengubah fokus NASA untuk segera membawa manusia ke Mars dan ke bulan. Perubahan yang terus terjadi pada fokus misi NASA selanjutnya ini memakan biaya dan waktu yang sangat banyak. NASA dikabarkan sudah membuang 20 miliar dolar AS secara sia-sia untuk program yang akhirnya dibatalkan.
Lingkungan Bulan yang mematikan
Pasir Debu Bulan. (Foto: U.S. District Court Kansas)
zoom-in-whitePerbesar
Pasir Debu Bulan. (Foto: U.S. District Court Kansas)
Bulan memiliki debu mirip seperti talk yang mematikan untuk manusia. Selain itu, permukaan Bulan yang penuh dengan kawah dan bebatuan juga dapat mengganggu pendaratan pesawat luar angkasa.
Ditambah lagi, Bulan tidak memiliki atmosfer yang melindungi dari sinar matahari serta permukaannya merupakan salah satu tempat terdingin di alam semesta.
ADVERTISEMENT
NASA pernah mendesain baju astronaut yang tahan terhadap sinar Matahari dan debu, namun kabar baju tersebut tidak lagi terdengar karena pengembangan baju khusus itu merupakan bagian dari program Constellation. Kini harapan lain bagi manusia untuk bisa pergi ke Bulan justru terletak pada pihak swasta.
Penjelajahan luar angkasa kini menarik para miliarder untuk berinvestasi dan ikut mengembangkan teknologi mereka masing-masing. Bahkan, para miliarder seperti Jeff Bezos dan Elon Musk punya mimpi untuk menjadikan perjalanan ke luar angkasa lebih mudah bahkan memungkinkan siapapun untuk pergi berwisata ke luar angkasa.