Kenapa Terkadang Kita Bisa Lihat Bulan di Siang Hari?

3 Juni 2024 10:14 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Bulan di siang hari. Foto: Barbara Smits/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bulan di siang hari. Foto: Barbara Smits/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kita semua mungkin pernah melihat keberadaan Bulan di siang hari, padahal hadirnya Bulan bisa menjadi tanda bahwa malam telah datang. Namun, kenapa Bulan terkadang muncul di siang hari?
ADVERTISEMENT
Ketika siang tiba, sebenarnya Bulan tidak menghilang. Hanya saja atmosfer Bumi dan siklus orbit membuatnya tidak selalu terlihat. Jika planet kita tidak memiliki atmosfer, Bulan mungkin akan selalu terlihat dari Bumi.
Namun, fase-fase Bulan di mana ketika ia bergerak antara Bumi dan Matahari, sisi yang diterangi akan menjauh dari kita dan sisi gelap Bulan menghadap Bumi, sehingga membuatnya tidak terlihat oleh para pengamat langit di Bumi.

Bulan di siang hari

Partikel gas di atmosfer Bumi–terutama nitrogen dan oksigen– menyebarkan cahaya yang memiliki panjang gelombang pendek, seperti cahaya biru dan ungu. Hamburan cahaya ini, menghasilkan langit biru di Bumi.
Menurut Edward Guinan, profesor astronomi dan astrofisika di Villanova University di Pennsylvania, bintang yang terlihat dari Bumi sebenarnya satu juta miliar kali lebih terang dibandingkan cahaya Matahari, dan jutaan kali lebih redup dibandingkan cahaya Bulan. Cahaya Matahari yang tersebar terang di langit Bumi sering kali melebihi cahaya bintang di siang hari, sehingga membuat bintang dan planet tidak terlihat di siang hari.
Ilustrasi fase bulan yang berbeda. Foto: Shutterstock
Tidak seperti Matahari, Bulan tidak menciptakan cahayanya sendiri. Cahaya Bulan yang kita lihat di malam hari adalah hasil pantulan cahaya Matahari di permukaannya.
ADVERTISEMENT
Guinan mengatakan, agar Bulan bisa terlihat di siang hari, dia harus berada di langit yang tepat, dan mengalahkan hamburan cahaya yang tersebar dari Matahari. Selama dua atau tiga hari di sekitar fase bulan baru, ia tidak terlihat oleh pengamat di Bumi karena cahaya Matahari yang menyebar melebihi Bulan.
Namun, kedekatan relatif Bulan dengan Bumi yang rata-rata sekitar 384.400 kilometer membuat Bulan terkadang bisa terlihat di siang hari karena cahaya yang dipancarkan dan dipantulkan lebih terang ketimbang benda yang letaknya lebih jauh dari Bumi, seperti bintang atau planet.
Selain itu, kedekatan Bulan dan Bumi ini juga membuat kecerahan permukaan Bulan lebih besar daripada kecerahan permukaan langit, sehingga membuat kita dapat dengan mudah melihatnya bersinar di siang hari.
Ilustrasi Bulan di siang hari. Foto: Barbara Smits/Shutterstock
Namun, visibilitas Bulan di siang hari juga dipengaruhi oleh faktor lain, termasuk musim, fase bulan saat ini, dan seberapa cerah langit pada hari tertentu.
ADVERTISEMENT
Bulan terlihat di siang hari selama rata-rata 25 hari dalam sebulan sepanjang tahun. Lima hari lainnya terjadi di sekitar fase bulan baru dan bulan purnama. Selama Bulan purnama, Bulan berada di seberang Matahari. Oleh sebab itu, kita bisa melihat Bulan penuh yang memantulkan cahaya Matahari.
Menurut Guinan, waktu terbaik untuk melihat Bulan di sinag hari adalah pada kuartal pertama atau satu minggu setelah bulan baru, dan kuartal ketiga, satu minggu setelah Bulan purnama. Pada kuartal pertama, kamu bisa menemukan Bulan sebelum Matahari tenggelam di langit timur. Pada kuartal ketiga, kita bisa melihat Bulan terbenam setelah Matahari terbit di langit barat.
Fase-fase ini adalah periode terlama di mana Bulan terlihat bersama Matahari di langit, rata-rata lima hingga enam jam sehari. Fenomena lain yang memengaruhi bulan terlihat di siang hari adalah sinar Bumi.
ADVERTISEMENT
“Selama fase Bulan sabit, ketika sudutnya dekat dengan Matahari, Anda sebenarnya dapat melihat bagian gelap Bulan yang seharusnya tidak Anda lihat karena cahaya yang disinari. Bagian gelap Bulan menerima pantulan cahaya dari Bumi. Waktu terbaik untuk mengamati fenomena ini adalah saat fase bulan sabit, tiga atau empat hari setelah bulan baru.”