Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Kronologi Penemuan Rambut Hewan di Sukabumi sampai Diduga Milik Harimau Jawa
26 Maret 2024 13:28 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Sehelai rambut harimau ditemukan di pagar pembatas antara kebun rakyat dengan jalan desa Cipeundeuy, Sukabumi Selatan, Jawa Barat. Dari hasil analisis, peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menduga rambut itu milik spesies punah harimau jawa.
ADVERTISEMENT
Lalu, bagaimana ihwal penemuan rambut harimau sampai ilmuwan meyakini itu milik spesies punah harimau jawa? Begini kronologinya.
Pada 18 Agustus 2019, Ripi Yanuar Fajar, warga lokal Cipeundeuy dan konservasionis, mengaku melihat dan berpapasan dengan hewan mirip harimau jawa. Ripi kemudian melaporkan temuannya ke Kalih Reksasewu, anggota Yayasan Bentang Edukasi Lestari Bogor (BEL Foundation), yang mengunjungi lokasi penampakan pada 27 Agustus 2019.
Di sana, Kalih menemukan sehelai rambut yang kemungkinan bulu harimau. Rambut ditemukan di pagar pembatas jalan desa dan perkebunan. Dia, bersama dengan Bambang Adryanto (petugas Departemen Penelitian dan Pengembangan Kehutanan setempat), juga menemukan jejak kaki dan bekas cakar yang diduga milik harimau, membuka peluang untuk pengamatan lebih mendalam.
Sampel rambut itu diserahkan kepada staf geologi yang melakukan penelitian di kawasan tersebut, dan diteruskan ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Barat. BKSDA menyerahkan sampel ke BRIN untuk dilakukan analisis DNA komprehensif pada 4 Maret 2022.
ADVERTISEMENT
Wirdateti, peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi di BRIN, dan tim turut melakukan wawancara mendalam dengan Ripi yang melihat harimau tersebut. Interview dilakukan saat survei pada 15 sampai 19 Juni 2022 di lokasi penemuan rambut harimau.
Identifikasi awal dilakukan dengan studi perbandingan sampel rambut harimau yang ditemukan di Sukabumi dengan spesimen harimau jawa koleksi Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) yang dikumpulkan pada 1930. Beberapa subspesies sampel harimau lain, yakni harimau bengal, amur, sumatra, dan macan tutul jawa digunakan sebagai kontrol.
“Hasil perbandingan antara sampel rambut harimau Sukabumi menunjukkan kemiripan sebesar 97,06 persen dengan harimau sumatra, dan 96,87 persen dengan harimau benggala," jelas peneliti yang akrab disapa Teti dalam pernyataan resmi, Minggu (24/3). "Sedangkan spesimen Harimau Jawa koleksi MZB memiliki 98,23 persen kemiripan dengan harimau sumatra."
ADVERTISEMENT
Hasil riset pohon filogenetik juga menunjukkan sampel rambut harimau di Sukabumi dan spesimen harimau koleksi MZB berada dalam kelompok yang sama, termasuk macan tutul jawa. Namun, ia terpisah dari kelompok subspesies harimau lain.
Analisis genetik DNA, kata Teti, memiliki tingkat sensitivitas yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan konservasi dan mengklarifikasi ketidakpastian taksonomi. Tim lanjut merekonstruksi filogeografi dan demografi untuk mencari tahu nenek moyang genetik subspesies.
Ekstraksi DNA sendiri dilakukan dengan menggunakan Dneasy Blood & Tissue Kit sesuai protokol. Protokol itu telah dimodifikasi dengan menambah proteinase, karena tingginya kandungan protein pada rambut.
"Amplifikasi PCR seluruh sitokrom b mtDNA dilakukan dengan primer khusus untuk harimau. Selanjutnya, seluruh hasil sekuens nukleotida disimpan menggunakan BioEdit dan diserahkan ke GenBank. Urutan komplemen antara primer forward dan reverse diedit menggunakan Chromas Pro," tambah Teti.
ADVERTISEMENT
"Semua urutan nukelotida dugaan Harimau Jawa dibandingkan dengan data sekuen Genbank National Center for Biotechnology Information (NCBI). Penyelarasan DNA dilakukan menggunakan Clustal X dan data dianalisis menggunakan MEGA."
Dari analisis mtDNA komprehensif tadi, Teti dan tim menyimpulkan sampel rambut harimau yang ditemukan di Sukabumi adalah milik harimau jawa, termasuk kelompok yang sama dengan spesimen harimau jawa koleksi MZB.
Belum bisa dipastikan apakah spesies yang dinyatakan punah selama 43 tahun itu masih hidup di alam liar atau tidak. Teti mengatakan butuh studi genetik dan lapangan lebih lanjut untuk mengonfirmasinya.
Harimau jawa merupakan hewan endemik Pulau Jawa dan tersebar luas di hutan dataran rendah, semak belukar, dan perkebunan. Sayangnya, harimau jawa sering diburu karena dianggap hewan pengganggu serta habitatnya diubah menjadi lahan pertanian dan infrastruktur, menyebabkan populasinya menghilang.
ADVERTISEMENT