Laporan PBB: 40% Daratan di Bumi Terancam Kering Permanen

12 Desember 2024 11:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang petani berdiri di areal persawahan yang mengalami kekeringan akibat kerusakan bendungan irigasi di Rantau Panjang, Merangin, Jambi, Minggu (28/7/2024). Foto: Wahdi Septiawan/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Seorang petani berdiri di areal persawahan yang mengalami kekeringan akibat kerusakan bendungan irigasi di Rantau Panjang, Merangin, Jambi, Minggu (28/7/2024). Foto: Wahdi Septiawan/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Laporan terbaru Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengungkap bahwa perubahan iklim telah membuat tiga perempat atau lebih dari separuh daratan di Bumi mengalami kekeringan secara permanen dalam beberapa puluh tahun mendatang.
ADVERTISEMENT
Temuan ini diungkap dalam laporan terbaru UN Convention to Combat Desertification (UNCCD). Laporan berjudul “The Global Threat of Drying Lands: Regional and global aridity trends and future projections” menyebut bahwa selama 30 tahun terakhir, 77,6 persen daratan di Bumi mengalami kondisi yang lebih kering dibandingkan 3 dekade terakhir.
Selama periode tersebut, jumlah tanah yang mengering meluas menjadi 4,3 juta kilometer persegi atau sekitar 40 persen daratan di Bumi (lebih besar dari luas India), tidak termasuk Antartika. Lebih dari 30 persen manusia atau sekitar 2,3 miliar orang kini tinggal di daerah kering tersebut.
Jika tren ini terus berlanjut, lima miliar orang diprediksi akan hidup atau berusaha hidup di dataran kering pada akhir abad ini. Kini, ada jutaan orang yang berusaha pindah dari daerah yang semakin gersang ke wilayah lembap, sayangnya negara-negara yang tidak terlalu terdampak tidak memberikan ruang bagi mereka.
ADVERTISEMENT
“Untuk pertama kalinya, krisis kekeringan telah didokumentasikan dengan ilmiah, mengungkap ancaman eksistensial yang memengaruhi miliaran orang di seluruh dunia,” Ibrahim Thiaw, sekretaris eksekutif UNCCD, dalam sebuah pernyataan sebagaimana dikutip Live Science.
“Ketika iklim suatu wilayah menjadi lebih kering, kemampuan untuk kembali kondisi semula, tak akan bisa. Iklim yang lebih kering yang sekarang memengaruhi daratan di seluruh dunia tidak akan kembali seperti sebelumnya dan perubahan ini mendefinisikan ulang kehidupan Bumi.”
Foto udara menunjukkan ikan mati akibat kekeringan di Laguna Bustilos, dekat Anahuac, Negara Bagian Chihuahua, Meksiko (12/6/2024). Foto: ALEX ARZAGA/AFP
Daratan yang mengering terjadi akibat berbagai faktor. Ketika perubahan iklim menyebabkan kenaikan suhu di seluruh dunia, air lebih mudah menguap dari permukaan, dan diserap oleh atmosfer. Ini mendorong daratan Bumi semakin kering, secara permanen mengubah hutan yang dulunya hijau menjadi padang rumput, wilayah lembap menjadi gersang dengan dampak serius untuk pertanian, ekosistem alam, dan manusia.
ADVERTISEMENT
Masalah ini diperparah dengan pembukaan lahan dan penggunaan sumber air tanah berlebihan. Teman studi mereka mengungkap, kekeringan ini akan memengaruhi 40 persen lahan dan 2,3 miliar orang di seluruh dunia, menyebabkan kebakaran hutan semakin parah, gagal panen, dan memicu migrasi massal.
Adapun daerah yang paling terdampak meliputi: hampir seluruh Eropa, Amerika Serikat bagian barat, Brasil, Asia Timur, dan Afrika Tengah.
Para peneliti menyebut, ada beberapa cara untuk mengurangi dampak kekeringan yang lebih parah di masa depan. Di antaranya dengan mengurangi efek gas rumah kaca, memantau kekeringan, penggunaan lahan dan air yang lebih baik, dan pengembangan ketahanan dan kerja sama seluruh dunia.
“Tanpa upaya bersama, miliaran orang akan menghadapi masa depan yang ditandai oleh kelaparan, pengungsian, dan kemerosotan ekonomi,” kata Barron Orr, kepala ilmuwan UNCCD.
ADVERTISEMENT
“Namun, dengan merangkul solusi inovatif dan membina solidaritas global, umat manusia dapat bangkit untuk menghadapi tantangan ini. Pertanyaannya bukanlah apakah kita memiliki alat untuk merespons, tapi apakah kita memiliki kemauan untuk bertindak.”