Laron Mencari Cinta

18 Januari 2017 15:49 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Koloni laron. (Foto: AYAHE MELA/Youtube)
Kamu sungguh beruntung menjadi manusia. Kamu bisa membaca tulisan ini dan tidak perlu mati hanya karena kamu masih jomblo.
ADVERTISEMENT
Beberapa hari lalu di kantor kumparan, Jakarta Selatan, khususnya di kamar mandi dan tempat wudu, banyak laron berterbangan dan laron mati. Di beberapa rumah di kawasan Jabodetabek, akhir-akhir ini juga didapati banyak laron masuk, terutama saat sore dan malam hari.
Nah, kalau kamu bertanya-tanya mengapa tiba-tiba ada banyak serangga itu di rumahmu, itu jelas bukanlah gara-gara kamu malas bersih-bersih seperti kata Enno Lerian dalam lagu Si Nyamuk Nakal. Itu sesungguhnya adalah fenomena alami.
kumparan menghubungi Prof. Rosichon Ubaidillah, peneliti serangga dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk menanyakan soal fenomena kemunculan laron. Rosichon menjelaskan bahwa ada beberapa penyebab keluarnya laron dari sarang.
“Keluarnya laron (alate) termite, bisa sore menjelang malam, bisa pagi menjelang siang, dengan beberapa trigger, yaitu keterbatasan makanan, akan ekspansi koloni, suhu, dan kelembaban,” jelas Rosichon.
ADVERTISEMENT
Belakangan ini langit memang sering menumpahkan air. Sudah menjadi siklus alam, saat memasuki musim hujan laron-laron akan keluar dari sarang. Itulah kenapa kehadiran laron juga kerap dianggap pertanda musim hujan telah tiba.
Pada musim hujan kondisi sarang di bawah tanah menjadi lembab, sehingga laron keluar untuk mencari lingkungan dengan suhu yang lebih hangat.
Ilustrasi hujan (Foto: dok. Thinkstock)
Laron-laron biasanya akan berkumpul di sekitar sumber cahaya. Itulah sebabnya kamu sering melihat banyak laron di dekat lampu-lampu bohlam atau bahkan televisi rumahmu.
Selain mencari tempat yang lebih hangat, keluarnya laron menuju sumber cahaya adalah untuk mencari pasangan untuk kemudian membentuk koloni baru. Rosichon mengatakan, “Ada hubungan mencari pasangan untuk membangun koloni baru.”
Dari manakah laron-laron itu berasal?
ADVERTISEMENT
Laron sebenarnya adalah rayap tanah yang sudah matang dan memiliki sayap. Laron adalah rayap kasta reproduktif. Laron yang biasanya kita kenal memiliki nama ilmiah Macrotermes gilvus.
Dalam tesis yang berjudul Pemaknaan Koleksi Serangga Museum Zoologicum Bogoriense dari Sudut Pandang Ethno-Entomologi yang ditulis oleh M. Rofik Sofyan, mahasiswa pascasarjana Universitas Indonesia, disebutkan Macrotermes gilvus adalah jenis rayap yang termasuk ke dalam anggota kelompok Isoptera dari suku termitidae.
Terkait Macrotermes gilvus yang keluar dari sarang untuk melakukan reproduksi dan membentuk koloni baru, dari beberapa artikel disebutkan bahwa laron-laron itu hanya akan hidup selama satu malam jika mereka tak kunjung menemukan pasangan.
Biasanya kita akan menemukan banyak laron mati pada saat fajar tiba atau pagi hari. Seolah-olah pilihan bagi laron-laron itu adalah bercinta satu malam atau hanya akan hidup dalam satu malam.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana lagu Melinda, laron-laron itu tentulah akan memilih bercinta satu malam secara indah untuk mempertahankan hidup mereka. Namun masalahnya, hidup tidaklah semudah bacot para motivator super.
Menemukan pasangan itu tidak mudah. Tanyakan saja pada mereka yang sejak lahir masih menjomblo.
Bagaimana dengan laron-laron yang berhasil menemukan pasangan?
Setelah mendapatkan pasangan, mereka akan menanggalkan sayap dan berjalan beriringan mencari lubang di bawah tanah untuk kawin dan bertelur.
Koloni baru akan terbentuk setelah telur-telur mereka menetas dan memiliki banyak anak. Salah satu laron betina dari kasta reproduktif kemudian menjadi ratu di koloni baru tersebut.
Prof. Rosichon Ubaidillah, peneliti dari LIPI. (Foto: http://icbg.ucdavis.edu/)
Rosichon kembali menjelaskan, “Laron atau alate hidup antara 1-2 hari setelah keluar dari koloninya tergantung jenisnya. Setelah dapat pasangan betina (calon queen) maka terus hidup sebagai koloni baru, dan ketika tidak berhasil segera mati.”
ADVERTISEMENT
Tugas sang ratu hanyalah bertelur sepanjang hidupnya dengan dibantu oleh rayap-rayap kasta reproduktif lainnya. Dalam sehari sang ratu mampu bertelur hingga 30 ribu butir. Oleh sebab itu, jangan pula kamu heran melihat jumlah rayap tanah atau laron yang banyak seperti semut.
Sebelum menjadi laron, ciri fisik rayap yang tanpa sayap amatlah mirip dengan semut, tapi tubuh mereka lebih lunak dengan pinggang lebih besar.
Rayap juga memiliki sistem kasta seperti semut. Selain kasta reproduktif, ada rayap kasta pekerja dan rayap kasta prajurit.
Berbeda dengan rayap reproduktif yang tugasnya hanya membuahi dan bertelur, rayap prajurit yang berkepala besar bertugas menjaga sarang dan sang ratu. Adapun rayap pekerja yang berkepala lebih kecil bertanggung jawab mengumpulkan makanan di dalam sarang.
Ilustrasi solidaritas dan persamaan hak. (Foto: Getty Images)
Sekali lagi, berbahagialah kamu menjadi manusia, terutama manusia modern yang terbebas dari sistem kasta.
ADVERTISEMENT
Dengan menjadi manusia, kamu bisa memilih menjadi apa saja, tidak harus menjadi pekerja saja ataupun menjadi prajurit saja.
Bahkan, dengan menjadi manusia, kamu bisa memilih untuk melajang seumur hidup. Tidak perlu khawatir mati saat fajar keesokan harinya dan berubah menjadi rempeyek bila gagal mendapat pasangan.
Kesimpulannya, seorang manusia yang jomblo tidaklah semenyedihkan seekor rayap yang jomblo.
Bersyukurlah kamu, Mblo.
Ilustrasi jomblo. (Foto: Getty Images)