Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Ada 20.000 spesies lebah di Bumi, dan lebah terbesar berada di Indonesia. Pemegang rekor ini adalah lebah Wallace dan berhabitat di Maluku. Lebah ini sempat dinyatakan hilang selama 38 tahun, karena tidak ada seorang pun yang pernah melihatnya lagi.
ADVERTISEMENT
Lebah Wallace, atau bernama latin Megachile pluto, memiliki besar seukuran jempol orang dewasa. Badan individu betina yang ditemukan berwarna hitam dengan rahang besar. Ukurannya setara 4 kali lebah madu. Lebar sayapnya mencapai 6 cm, serta memiliki rahang besar seperti kumbang rusa.
Lebah Wallace ditemukan, hilang, lalu ditemukan lagi
Lebah Wallace—sesuai namanya—ditemukan oleh Alfred Russel Wallace di pulau Bacan, Maluku , pada 1858. Lebah ini sempat hilang hilang karena tidak pernah terlihat sejak 1981.
Namun ekspedisi ahli serangga pada dari University of Sydney dan Princeton University menemukan seekor betina lebah Wallace di sebuah sarang tawon yang ditinggalkan pada 2019 lalu.
“Melihat betapa indah dan besar spesies ini dalam kehidupan nyata, mendengar suara sayap raksasanya yang bergetar saat terbang melewati kepala saya, sungguh luar biasa. Impian saya sekarang adalah menggunakan penemuan kembali ini untuk mengangkat lebah ini menjadi simbol konservasi di bagian Indonesia ini,” ungkap Clay Bolt, seorang fotografer sejarah alam dari Princeton University.
ADVERTISEMENT
Ketika ditemukan, lebah Wallace betina sedang membuat sarangnya di gundukan rayap arboreal yang aktif, menggunakan rahangnya yang besar untuk mengumpulkan resin pohon yang lengket untuk melapisi sarang. Lebah ini ditemukan di gundukan 2,5 meter di atas tanah. Lebah ini didokumentasikan lalu dilepas
Terakhir kali lebah Wallace diamati oleh entomolog Adam Messer pada 1981. Ia menemukan Megachile pluto berada di tiga pulau berbeda. Messer mengamati bagaimana lebah ini menggunakan rahangnya untuk mengumpulkan resin dan kayu untuk membangun sarang.
Semenjak saat itu belum ada satu pun yang berhasil menemukan lebah Wallace sesulit apa pun mencarinya.
Sedikit yang diketahui tentang lebah, spesies ini bergantung pada hutan dataran rendah primer untuk resin dan sarang rayap yang tinggal di pohon.
Robin Moore, ahli konservasi biologi dari Global Wildlife Conservation, mengatakan bahwa sangat penting bagi para ahli konservasi untuk membuat pemerintah Indonesia menyadari kehadiran serangga ini dan mengambil langkah untuk melindungi spesies serta habitatnya.
ADVERTISEMENT
"Dengan membuat lebah ini sebagai yang terdepan untuk dilestarikan, kami percaya bahwa spesies ini bisa memiliki masa depan cerah dibanding kalau kita membiarkannya untuk hilang begitu saja," imbuh dia.