Lebih Dekat Matahari, Mengapa Suhu di Atas Gunung Lebih Dingin?

2 Februari 2018 10:01 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Padang rumput sebelum puncak Gunung Ungaran. (Foto: Muhammad Naufal/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Padang rumput sebelum puncak Gunung Ungaran. (Foto: Muhammad Naufal/kumparan)
ADVERTISEMENT
Apakah kamu pernah bertanya-tanya mengapa suhu di puncak gunung lebih rendah daripada di kaki gunung? Mengapa suhu di gunung lebih dingin daripada di pantai?
ADVERTISEMENT
Padahal kan gunung lebih dekat dengan Matahari, dan pantai lebih jauh dari Matahari. Bukankah semakin dekat dengan Matahari, suhu suatu tempat akan semakin tinggi alias panas?
Jika kamu pernah bertanya-tanya soal hal ini, kamu tidak seorang diri. Pertanyaan serupa seperti ini pasti juga pernah muncul di kepala sebagian orang yang sedang bepergian dengan pesawat.
Di dalam pesawat, sejumlah orang yang melihat layar yang menampilkan suhu udara di mana pesawat sedang berada pasti pernah bertanya-tanya, kenapa semakin tinggi pesawat berada suhu udara di sekitarnya justru semakin rendah? Bukankah semakin terbang tinggi pesawat ini semakin dekat dengan Matahari?
Gunung Gede (Foto: Dok. Rista Sanjaya)
zoom-in-whitePerbesar
Gunung Gede (Foto: Dok. Rista Sanjaya)
Mengenai fenomena ini, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin, memiliki jawabannya. Pria lulusan S1 Astronomi ITB serta S2 dan S3 Astronomi Kyoto University itu mengatakan penyebabnya adalah sama dengan penyebab mengapa permukaan Bumi tetap hangat meskipun saat malam hari.
ADVERTISEMENT
Thomas mengatakan, saat siang hari Matahari memanasi permukaan Bumi. Permukaan Bumi yang menjadi panas ini kemudian memantulkan atau memancarkan kembali gelombang inframerah, atau yang disebut juga sebagai gelombang panas, dari Matahari.
Gelombang panas ini itu akan dilepas begitu saja ke antariksa kalau di atmosfer Bumi tidak ada zat-zat perangkap panas seperti karbon dioksida dan uap air.
“Tapi karena adanya karbon dioksida dan uap air, maka panas itu ditahan. Panas itu ditangkap oleh karbon dioksida dan uap air,” papar Thomas ketika ditemui kumparanSAINS beberapa waktu lalu.
Peristiwa inilah yang disebut sebagai efek rumah kaca.
Efek rumah kaca (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Efek rumah kaca (Foto: Pixabay)
Thomas mengatakan, dengan semakin banyaknya karbon dioksida yang dilepaskan oleh industri, kendaraan bermotor, dan aktivitas rumah tangga, semakin makin lama Bumi ini semakin panas.
ADVERTISEMENT
Efek rumah kaca ini terjadi di lapisan troposfer, lapisan atmosfer yang paling dekat dengan permukaan Bumi, tempat sehari-hari kita beraktivitas.
Setiap kenaikan ketinggian pancaran gelombang inframerah atau gelombang panas dari permukaan Bumi ini semakin berkurang sehingga suhu udara pun semakin rendah alias semakin dingin. “Dan kandungan karbon dioksidanya pun semakin berkurang,” imbuh Thomas.
Mendaki gunung. (Foto: Pexels)
zoom-in-whitePerbesar
Mendaki gunung. (Foto: Pexels)
Menurut Teori Braak, setiap kenaikan 100 meter, suhu udara akan berkurang 0,61 derajat Celsius. Thomas menjelaskan, penurunan suhu ini akan terus berlanjut hingga mencapai ketinggian sekitar 17 kilometer.
Setelah mencapai ketinggian 17 kilometer, ada mekanisme lain terkait perubahan suhu udara. “Mekanisme penyerapan ultraviolet oleh ozon,” ujar Thomas.
Thomas menuturkan, “Nanti makin ke atas setelah 17 kilometer, itu suhunya makin lama makin tinggi lagi.”
ADVERTISEMENT
Penyebabnya, pada ketinggian setelah sekitar 17 kilometer di atmosfer Bumi, ada mekanisme penyerapan radiasi ultraviolet oleh lapisan ozon.
Setelah lapisan ozon ini, akan ada pula mekanisme-mekanisme perubahan suhu yang berbeda lainnya pada lapisan-lapisan lain di atmosfer Bumi ini