Lumut Langka Punya Potensi Jadi Pengganti Ganja

26 Oktober 2018 16:03 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ganja bisa digunakan untuk keperluan medis (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ganja bisa digunakan untuk keperluan medis (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Beberapa tahun lalu, seorang ahli biokimia asal Swiss menemukan zat turunan dari sebuah tanaman lumut langka yang dijual di internet. Zat dari lumut yang bisa bikin pemakainya "nge-fly" ini ia klaim legal untuk digunakan.
ADVERTISEMENT
IFL Science melaporkan, setelah dilakukan riset farmasi pada lumut tersebut, ternyata ditemukan bahwa lumut tersebut mengandung kandungan aktif yang memiliki efek menghilangkan rasa sakit dan juga anti radang yang lebih kuat dibanding senyawa aktif tetrahydrocannabinol (THC) pada ganja.
Para peneliti kemudian mengatakan bahwa lumut ini memiliki potensi untuk menjadi alternatif medis yang lebih efektif dibanding ganja. Hasil temuan ini telah dipublikasikan di jurnal Science Advances.
Sebelumnya pada 1994, ahli fitokimia Jepang Yoshinori Asakawa menemukan bahwa liverwort atau lumut hati (Radula perrottetii), lumut langka yang tumbuh di Jepang, Selandia Baru, dan Kosta Rika, memproduksi zat alami yang disebut perrottetinene (PET).
Asakawa menemukan bahwa PET memiliki hubungan dengan THC, yang di mana ditemukan kemiripan satu sama lain di masing-masing atom mereka.
ADVERTISEMENT
"Sungguh menakjubkan bahwa hanya dua spesies tumbuhan, yang terpisah oleh evolusi 300 juta tahun lalu, yang bisa memproduksi zat psychoactive cannabinoids," ujar Jurg Gertsch, pemimpin riset ini.
Para peneliti dari University of Bern di Swiss telah mempelajari efek dari PET dan membandingkannya dengan THC pada ganja.
Ditemukan bahwa PET bisa lebih cepat mengaktifkan reseptor zat cannabinoid di otak tikus. Selain itu, PET juga menunjukkan kemampuan anti inflamasi yang lebih kuat dibanding THC.
Liverwort atau lumut hati (Radula perrottetii). (Foto: Stefan Fischer via University of Bern.)
zoom-in-whitePerbesar
Liverwort atau lumut hati (Radula perrottetii). (Foto: Stefan Fischer via University of Bern.)
Para peneliti juga menambahkan bahwa tikus tidak mendapat efek "nge-fly" yang biasa didapat saat konsumsi THC, karena reseptor cannabinoid yang diasosiasikan dengan THC tidak menjadi aktif.
"Zat alami ini memiliki efek psikoaktif yang lebih lemah dan pada waktu yang sama mampu menghambat proses inflamasi di otak," kata Andrea Chicca, ahli dari Institute of Biochemistry and Molecular Medicine di the University of Bern sekaligus anggota tim peneliti dalam riset ini.
ADVERTISEMENT
Para peneliti berharap temuan mereka bisa membuka jalan bagi penggunaan PET dalam terapi kesehatan penyakit-penyakit kronis. Namun menimbang PET baru diujicobakan pada sedikit hewan, hasil temuan mereka perlu ditunjang oleh riset-riset lainnya.