Malas Bangun Tidur? Bisa Jadi Kamu Mengidap Dysania

29 November 2020 15:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi tidur. Foto: pixhere
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tidur. Foto: pixhere
ADVERTISEMENT
Sebagian dari kita sering mengalami sulit bangun tidur atau malas beranjak dari kasur. Bahkan, media sosial sudah mengenal ‘kaum rebahan’ bagi mereka yang sulit bangun dari tempat tidur. Namun, tahukah kamu bahwa sains menganggap kondisi ini sebagai gangguan kesehatan?
ADVERTISEMENT
Menurut ilmuwan, sulit beranjak dari tempat tidur meski tubuh sudah terbangun dapat disebut sebagai dysania. Kondisi ini berbeda dengan malas. Dysania lebih mengarah kepada ketidakmampuan kronik seseorang untuk meninggalkan kasur.
Pengidap dysania bisa tidak kuat pergi dari ranjang selama berjam-jam meski sudah benar-benar bangun. Biasanya, mereka akan bermain ponsel atau hanya tidur-tiduran tanpa melakukan apa pun.
Namun, bagi pengidap dysania parah, rasa tidak ingin meninggalkan kasur ini bisa terjadi selama seharian penuh, atau bahkan berhari-hari. Bahkan, mereka akan sangat ingin kembali rebahan meski telah berhasil beranjak dari kasur dan beraktivitas.
Ilustrasi tidur. Foto: Pixabay
Sebenarnya, dysania belum terlalu dikenal dan diakui oleh banyak ahli kesehatan. Tetapi, sebuah riset di jurnal Public Library of Science pernah menyebut kondisi ini pada penelitiannya.
ADVERTISEMENT
"Dysania adalah istilah yang jarang digunakan untuk 'Saya-tidak-bangun-dari-tempat-tidur-di-pagi-hari'," ucap Mark Salter, dokter di Royal College of Psychiatrists, seperti dikutip BBC. "Ini adalah perilaku yang terkadang terlihat pada mereka yang menderita gangguan depresi berat."
Selain depresi, perubahan mood seseorang yang terjadi secara berlarut-larut juga disebut dapat menyebabkan dysania terjadi pada seseorang. Penyakit lain seperti fibromyalgia, rasa nyeri pada tubuh dan mood yang sangat buruk; sleep apnea, gangguan pernapasan saat tidur; dan anemia, kurangnya sel darah merah pada tubuh juga dapat berperan menyebabkan atau memperburuk dysania.

Mengatasi Dysania

Cara paling tepat untuk mengatasi dysania adalah dengan memahami alasan utama munculnya kondisi tersebut. Jika memang alasannya adalah depresi, menemui psikolog dan mengkonsumsi obat anti-depresan sesuai resep dokter tentu menjadi solusi yang paling baik.
ADVERTISEMENT
Satu hal yang pasti, dysania perlu segera ditangani. Karena jika tidak, penyakit-penyakit lain seperti serangan jantung dan stroke bisa bermunculan akibat terlalu lama berada di tempat tidur.
Ilustrasi tidur. Foto: pixabay/Wokandapix
Selain itu, kondisi dysania juga akan menghambat aktivitas serta produktivitas seseorang. Hal ini akan semakin berdampak buruk ketika banyak pekerjaan dilakukan dari rumah karena pandemi COVID-19.
Selain menemui dokter atau ahli kesehatan yang tepat, sebenarnya ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh pengidap dysania. Dilansir National Geographic, setidaknya ada empat cara yang disarankan.

1. Jadwal Tidur

Membuat jadwal waktu tidur yang tetap bisa membantu seseorang tidur dengan baik. Jika dilakukan secara terus-menerus, tubuh akan terbiasa dengan jadwal tersebut sehingga tidur pun menjadi jauh lebih berkualitas.
ADVERTISEMENT

2. Hindari Kafein

Kafein tidak hanya dapat ditemukan pada kopi dan teh. Minuman ringan bersoda dan minuman berenergi juga mengandung kafein. Selain itu, alkohol dan rokok juga dapat menyebabkan tubuh sulit tidur.
Ilustrasi minum kopi setelah bangun tidur Foto: Shutterstock

3. Mengurangi Tidur Siang

Tidur siang memang sangat menggoda untuk dilakukan saat pekerjaan dilakukan secara WFH (work from home). Namun, terlalu lama tidur siang nyatanya juga tidak baik bagi tubuh. Membatasi waktu tidur siang selama 30 menit dapat membantu kualitas tidur saat malam hari.

4. Buat Suasana Tidur yang Nyaman

Cahaya kamar, bantal, suhu kamar, suara bising, dan lain sebagainya dapat memengaruhi kualitas tidur seseorang. Pastikan ruang tidur kamu telah diatur sesuai dengan kondisi yang nyaman menurut kamu.
ADVERTISEMENT
(EDR)