Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
ADVERTISEMENT
Daftar spesies anggrek di Indonesia semakin bertambah. Para peneliti dari Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI ) berhasil menemukan dua spesies anggrek baru di Papua dan Sulawesi.
ADVERTISEMENT
Kedua anggrek itu diberi nama Dendrobium nagataksaka dan Eulophia lagaligo. Temuan anggrek ini dipaparkan para peneliti di jurnal Phytotaxa September 2019 lalu.
Destario Metusala, peneliti yang menemukan dua spesies anggrek terbaru,mendeskripsikan Dendrobium nagataksaka sebagai anggrek epifit yang tumbuh menempel di permukaan batang pepohonan. “Distribusi alami dari spesies baru ini diketahui berasal dari kawasan hutan daratan rendah di provinsi Papua Barat,” ungkapnya dalam keterangan pers yang kumparanSAINS terima.
Destario mengatakan bahwa bunga dari genus Dendrobium memang memiliki bentuk yang unik. Ini menjadikannya sebagai salah satu komoditas bunga hias yang sangat digemari. Meski begitu, menurut Destario, spesies anggrek terbaru temuannya juga memiliki bentuk yang tak kalah unik.
“Spesies baru ini memiliki keunikan bentuk kuntum bunganya yang memiliki petal tegak seperti tanduk dan bibir bunga yang menjulur panjang menyerupai bentuk kepala seekor naga,” ungkap Destario.
ADVERTISEMENT
Karena bentuknya yang mirip naga itu, anggrek ini mendapat nama nagataksaka. Nama itu diambil dari makhluk mitologi berwujud naga dalam epos Mahabarata.
Eulophia lagaligo
Adapun Eulophia lagaligo adalah spesies anggrek yang pernah ditemukan sebelumnya oleh taksonom C.L. Blume. Pada tahun 1859 dia menemukan spesimen dari pulau Timor dengan nama Eulophia bicolor. Tetapi, nama itu tidak diterima karena sudah digunakan oleh taksonom N. A Danzell pada tahun 1851 untuk spesies yang berbeda.
“Dalam kajian taksonomi, sebuah nama spesies hanya boleh dipergunakan satu kali untuk sebuah taksa. Selain itu, selama ini anggrek Eulophia bicolor oleh Blume dianggap spesies yang sama dengan Eulophia nuda karena kemiripannya,” jelas Destario.
Destario bersama tim dari Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi LIPI menemukan spesimen anggrek dari genus Eulophia di Sulawesi Selatan pada tahun 2008. Ia berhasil berhasil membuktikan Eulophia bicolor berbeda dengan Eulophia nuda setelah melakukan studi lebih mendalam.
ADVERTISEMENT
“Karena nama Eulophia bicolor sudah dipakai, kami memberikan nama Eulophia lagaligo untuk spesies baru tersebut,” jelasnya. Epitet lagaligo diambil dari nama La Galigo, yaitu sebuah karya sastra warisan dunia yang dibuat sekitar abad ke-14 dan berasal dari Sulawesi Selatan.
Destario menjelaskan bahwa spesies baru Eulophia lagaligo memiliki kemiripan dengan Eulophia nuda. Menurut dia, perbedaannya terletak pada bentuk dagu bunganya yang berasal dari kaki tugu dan bibir-bunga dan menekuk ke bawah, tugu bunga yang lebih ramping, serta penutup anther yang memiliki sebuah tonjolan memanjang.
Eulophia lagaligo sendiri memiliki bunga tegak dengan 5-14 kuntum bunga yang mekar hampir serentak. Bunganya yang berwarna kehijauan memiliki lebar 2,2-2,8 cm dengan perhiasan bunga tidak membuka secara penuh.
ADVERTISEMENT
“Bibir bunganya yang kehijauan memiliki corak keunguan hingga merah muda di bagian tengahnya,” jelas Destario.
Selain di Sulawesi Selatan, persebaran alami Eulophia lagaligo diketahui berasal dari dan pulau Timor, Nusa Tenggara Timur. “Spesies ini dapat tumbuh baik di dataran rendah dengan rentang ketinggian antara 100 sampai 600 meter di atas permukaan laut,” imbuh peneliti LIPI ini.