Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Memahami Cincin Api Pasifik, Alasan Indonesia Rawan Gempa dan Tsunami
6 Agustus 2018 7:43 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
Terletak di tengah-tengah daerah Cincin Api Pasifik, jalur gempa Sabuk Alpide, serta di atas beberapa lempengan tektonik, termasuk punya banyak gunung berapi, Indonesia adalah salah satu daerah paling aktif secara seismik di muka Bumi. Dan kejadian gempa 7,0 M di Lombok, Nusa Tenggara Barat, pada Minggu (5/8) kembali mengingatkan kita atas hal tersebut.
ADVERTISEMENT
Cincin Api Pasifik atau Circum-Pacific belt sering disebut sebagai penyebab Indonesia sering mengalami gempa dan juga memiliki banyak gunung berapi.
Menurut laporan Live Science , daerah ini diklaim sebagai sabuk gempa bumi terbesar di dunia oleh U.S. Geological Survey (USGS). Cincin Api Pasifik merupakan daerah yang memiliki banyak sesar atau zona rekahan yang memanjang sekitar 40 ribu kilometer mulai dari Chile, Jepang, dan kemudian berhenti di Asia Tenggara.
Gempa bumi biasanya terjadi di sepanjang patahan. Sekitar 90 persen semua gempa bumi di dunia, dan 80 persen gempa bumi terbesar di dunia terjadi di sepanjang Cincin Api Pasifik.
Selain itu, Cincin Api Pasifik juga menjadi rumah bagi 75 persen gunung api yang ada di Bumi, menurut National Geographic . Indonesia sendiri dilaporkan memiliki 129 gunung api yang masih aktif, yang beberapa di antaranya pernah meletus yang berdampak pada Bumi dan manusia.
Pada 1815 misalnya, Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat meletus dan tercatat sebagai salah satu erupsi vulkanik terbesar dalam sejarah manusia. Lalu ada juga letusan Gunung Toba di Sumatera Utara yang menyebabkan banyak kepunahan atas makhluk hidup di Bumi.
ADVERTISEMENT
Penyebab Indonesia rawan gempa dan banyak memiliki gunung api tidak hanya dari Cincin Api Pasifik. Masih ada Sabuk Alpide yang merupakan jalur gempa paling aktif nomor dua di dunia, yang turut menyumbang faktor rentan gempa bumi Indonesia.
Lalu ada juga tumbukan tiga lempeng benua, yaitu lempeng Indo-Australia dari selatan, Eurasia dari utara, dan Pasifik dari Timur yang menambah keramaian geologi Indonesia.
Badan Nasional Penanggulanan Bencana (BNPB ) pernah memperkirakan tahun 2018 Indonesia akan mengalami rata-rata 500 gempa setiap bulannya, pada akhir 2017 lalu. Kala itu, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho juga menuturkan wilayah yang akan rentan terjadi gempa adalah Jawa, Sulawesi, Papua, Nusa Tenggara, dan Laut Banda. Adapun kota yang rawan gempa antara lain Surabaya, Yogyakarta, dan Bandung.
ADVERTISEMENT
Untuk gempa 7,0 M di Lombok pada Minggu (5/8), BMKG sempat mengeluarkan peringata tsunami yang kemudian dinyatakan berakhir pada pukul 20.25 WIB. Berdasarkan laporan terakhir, tsunami dengan ketinggan 10 cm dan 13 cm masuk ke daratan. Tidak ada tsunami dengan ketinggian maksimum 0,5 meter seperti yang pernah diprediksi BMKG.
Masyarakat diharapkan tetap waspada dengan menjauhi daerah pesisir dan menghindari bangunan rusak.