Misionaris AS Menuliskan Rasa Takutnya Sebelum Dibunuh Suku Sentinel

26 November 2018 17:31 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
John Allen Chau. (Foto: REUTERS)
zoom-in-whitePerbesar
John Allen Chau. (Foto: REUTERS)
ADVERTISEMENT
Misionaris berusia 27 tahun asal Amerika Serikat, John Allen Chau, dilaporkan meninggal dunia setelah mengunjungi Pulau Sentinel Utara yang dihuni oleh suku Sentinel, salah satu suku paling terasing di dunia.
ADVERTISEMENT
Hal ini bermula pada 16 November 2018, ketika Chau membayar nelayan untuk membawanya ke lokasi yang tidak jauh dari pulau Sentinel Utara, kemudian mendayung kano ke pulau tersebut. Keesokan harinya, tubuh Chau ditemukan di pantai dalam keadaan yang sudah tidak bernyawa lagi.
Ketakutan Chau sebelum mengunjungi Pulau Sentinel Utara rupanya telah ia curahkan dalam tulisan terakhir di dalam diary alias buku hariannya. Buku harian Chau tersebut diberikan oleh ibu Chau kepada The Washington Post.
Suku Sentinel india. (Foto: Facebook/Future Career Guidance & Counselling India)
zoom-in-whitePerbesar
Suku Sentinel india. (Foto: Facebook/Future Career Guidance & Counselling India)
“Saya takut,” tulis Chau dalam buku hariannya sebagaimana dikutip oleh The Washington Post. “(Saya) sedang melihat matahari tenggelam dan indah sekali –Saya menangis sedikit… saya berpikir apakah ini akan menjadi matahari tenggelam terakhir yang saya saksikan.”
ADVERTISEMENT
Chau meninggal dunia karena terkena panah yang ditembakkan oleh anggota suku Sentinel. Suku ini memang terkenal menolak keras kontak dengan dunia luar. Bahkan menurut T.N Pandit, antropolog asal India yang pernah bertemu dengan orang-orang Sentinel, sebaiknya mereka memang ditinggalkan sendiri.
“Tuhan, apakah pulau ini merupakan pertahanan terakhir Setan di mana tidak pernah ada yang mendengar atau mendapat kesempatan untuk mendengar nama-Mu?” tulis Chau dalam buku hariannya.
John Allen Chau. (Foto: Instagram/@johnachau)
zoom-in-whitePerbesar
John Allen Chau. (Foto: Instagram/@johnachau)
Dalam buku tersebut, Chau memang terlihat terobsesi dengan keinginan untuk memperkenalkan agama Kristen kepada suku Sentinel. Chau tahu misinya tersebut ilegal sehingga ia menuliskan rencana untuk menghindari pihak keamanan India yang berpatroli di sekitar pulau.
“Tuhan sendiri yang menyembunyikan kami dari Penjaga Pantai dan patroli,” tulisnya.
ADVERTISEMENT
Chau diketahui tidak pernah memberitahu teman-temannya bahwa ia berencana untuk menyewa nelayan untuk membawanya ke wilayah Sentinel karena ia tidak ingin membahayakan teman-temannya.
North Sentinel Island di Samudera Hindia (Foto: Shutter Stock)
zoom-in-whitePerbesar
North Sentinel Island di Samudera Hindia (Foto: Shutter Stock)
Di bagian akhir tulisan dalam buku hariannya, Chau bertanya-tanya apakah ia sebaiknya membatalkan misinya atau tetap ke pulau tersebut dengan menanggung segala risikonya.
“Saya pikir saya bisa lebih berguna kalau saya masih hidup... tetapi bagiMu, Tuhan, saya memberikan semua kemuliaan apa pun yang terjadi,” tulis Chau menyiratkan keputusan akhirnya.
Dalam tulisannya tersebut, Chau juga meminta Tuhan untuk memaafkan siapa pun yang mencoba untuk membunuh dirinya, apalagi kalau sampai mereka benar-benar berhasil membunuhnya. Dan pada akhirnya, suku Sentinel memang membunuh misionaris AS itu.