Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Misteri Danau Nyos, Pernah Meledak dan Tewaskan Ribuan Orang
19 September 2022 8:46 WIB
·
waktu baca 4 menit
ADVERTISEMENT
Pada 21 Agustus 1986, tragedi mengerikan melanda Kamerun ketika Danau Nyos tiba-tiba meledak, menewaskan ribuan orang dan satwa liar dengan radius puluhan kilometer. Letusan itu disebabkan oleh gas mematikan yang dilepaskan dari mantel Bumi dan telah menumpuk di dasar Danau Nyos selama ratusan tahun.
ADVERTISEMENT
Longsoran batu dan tanah di dalam danau, serta aktivitas gunung berapi, kemungkinan menjadi faktor lain kenapa danau itu bisa memuntahkan 1,24 juta ton karbon dioksida.
Emisi ini mencekik orang-orang di sekitar danau karena gas bisa menyebabkan efek sulit bernapas akibat hipoksia dan beracun. Dalam konsentrasi tinggi, CO2 dapat membuat seseorang pingsan dan berhenti bernapas dalam satu menit.
Menurut saksi mata yang laporannya dimuat di Smithsonian Magazine, sebelum ledakan terjadi, terdengar suara gemuruh keras. Kemudian gas bercampur air menyembur dari dasar tanah ke udara dengan ketinggian ratusan meter. Embusan angin lalu meniup gas itu, hingga memasuki setiap sudut rumah warga. Gas dengan cepat membunuh ribuan orang, termasuk satwa yang hidup di sana.
ADVERTISEMENT
Tak berselang lama, kabut putih terbentuk di atas air. Mimpi buruk berikutnya tiba. Kabut tebal tenggelam ke dalam lembah dan menuju pemukiman terdekat sejauh 25 kilometer dari lokasi ledakan, menyebabkan gejala sesak napas dan kematian bagi siapa saja yang menghirupnya. Hanya mereka yang berada di dataran tinggi yang selamat.
Investigasi Danau Nyos
Untuk mengungkap bagaimana ledakan bisa terjadi, para ilmuwan dari seluruh dunia datang ke Kamerun, ikut melakukan penyelidikan di kawah Danau Nyos. Hasil investigasi menunjukkan bahwa Nyos, bersama danau kawah lain yang ada di dekatnya mengandung lapisan kaya CO2 di bagian bawah danau dan kebocoran terjadi secara bertahap selama ratusan tahun.
Para peneliti juga menemukan bahwa Garis Vulkanik Kamerun adalah rumah bagi 43 danau kawah yang semuanya berpotensi mengandung volume gas beracun mematikan. Di tempat lain di dunia, danau serupa bisa ditemukan di Italia, Tanzania, dan perbatasan Rwanda.
ADVERTISEMENT
Berat air menahan gas sampai akhirnya satu gangguan menggetarkan air dan membuat gas tiba-tiba menyembur ke udara. Ledakan serupa pernah terjadi di Danau Manoun, dua tahun sebelum Danau Nyos meledak atau tepatnya pada 1986, meski intensitasnya tidak terlalu besar.
Menurut peneliti, gas di bawah danau sebenarnya bisa diatasi dengan memasang pipa agar gas bisa disalurkan ke luar sehingga dapat dilepaskan ke atmosfer secara bertahap, bukan dalam satu kali letusan raksasa. Tapi, peneliti khawatir cara ini tak cukup untuk mencegah bencana di masa depan.
Menulis di The Conversation, Sarjana Manajemen Bencana, peneliti sekaligus pendidik, Henry Ngenyam Bang dari Bournemouth University, juga mengungkapkan kekhawatirannya bahwa bencana serupa mungkin bisa terjadi di Danau Kuk, Kamerun. Perairannya telah berubah dari biru menjadi merah kusam, sesuatu yang terlihat di Danau Nyos sebelum meledak.
ADVERTISEMENT
Untuk mencegah hilangnya banyak korban, Bang merekomendasikan agar danau yang berpotensi berbahaya itu diuji dan diteliti. Indikator seperti profil termal, konsentrasi gas terlarut, luas permukaan, volume air, dan kedalaman, semua itu dapat digunakan untuk menilai kemungkinan danau menyimpan endapan CO2 yang sangat besar.
Atau, kata Bang, kita bisa menempatkan detektor CO2 di dekat danau yang berpotensi meledak seperti Kuk dan Nyos, sehingga ketika ada perubahan atau sesuatu yang tidak normal segera bisa dideteksi dan ditindaklanjuti. Ini bisa dilengkapi dengan alarm peringatan agar orang-orang yang tinggal di dekat danau bisa segera pergi ke tempat lebih tinggi yang tidak bisa dijangkau CO2, persis seperti alarm tsunami.
“Direktorat Perlindungan Sipil adalah lembaga yang ditunjuk untuk bertanggung jawab dan mengkoordinasikan manajemen risiko bencana di Kamerun,” tutup Bang.
ADVERTISEMENT