Misteri Kematian 10 Miliar Kepiting Besar Alaska, Ternyata Gegara Manusia

26 Agustus 2024 10:10 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepiting salju Alaska.  Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Kepiting salju Alaska. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa tahun terakhir, kepiting salju Alaska telah mengalami penurunan populasi yang cukup parah, jumlahnya merosot drastis hingga 10 miliar ekor yang mati dari tahun 2018 hingga 2021. Menurut para ilmuwan, jumlah ini akan terus menurun di masa mendatang.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah studi yang terbit di jurnal Nature Climate Change, para ilmuwan meneliti peristiwa kematian massal kepiting salju Alaska dan menyimpulkan bahwa lebih dari 98 persen kemungkinan disebabkan oleh manusia.
Peneliti dari NOAA Fisheries menemukan kepunahan mendadak kepiting salju (Chionoecetes opilio) ini di Laut bering. Kepunahan massal tersebut disebabkan oleh perubahan iklim akibat aktivitas manusia yang bikin pergeseran ekologi dari kondisi Arktik ke sub-Arktik di tenggara Laut Bering.
Kepiting salju merupakan spesies yang beradaptasi dengan suhu dingin, mereka hidup di lingkungan Arktik yang beku, tepatnya di lapisan air bersuhu kurang dari 2 derajat Celcius yang terletak di dasar laut yang tertinggal akibat mencairnya es laut. Lapisan air yang hampir beku ini berfungsi sebagai tempat berlindung dari predator, sehingga kepiting muda dapat berkembang biak dengan aman.
ADVERTISEMENT
Namun, habitat dingin ini menyusut dengan cepat, sehingga menimbulkan tekanan besar pada populasi yang ada di dalamnya. Suhu yang memanas menyebabkan lingkungan mereka mengalami proses borealisasi, yakni pergeseran dari kondisi Arktik yang dingin ke kondisi boreal yang biasanya terlihat di wilayah utara dengan hutan konifer.
Populasi kepiting salju Alaska terus menurun dari tahun ke tahun. Foto: NOAA Fisheries
“Yang perlu diperhatikan adalah kondisi boreal yang berkaitan dengan kematian kepiting salju lebih dari 200 kali lipat mungkin terjadi pada iklim saat ini (tingkat pemanasan 1 hingga 1,5 derajat Celcius) dibandingkan pada era pra-industri,” kata Mike Litzow, penulis utama studi dan direktur Kodiak Lab di Alaska Fisheries Science Center, sebagaimana dikutip IFL Science.
“Yang lebih memprihatinkan adalah kondisi Arktik yang mendukung kepiting salju untuk mempertahankan peran dominannya di tenggara Laut Bering diperkirakan akan terus menurun di masa depan.”
ADVERTISEMENT
Tingkat penurunan ini dijabarkan dalam sebuah studi tahun lalu yang menemukan bahwa populasi kepiting salju telah menurun sekitar 10 miliar antara 2018 hingga 2021 setelah serangkaian gelombang panas laut menghantam habitatnya. Dengan pemanasan yang terus berlanjut dalam beberapa dekade mendatang, kemungkinan besar populasi kepiting salju akan semakin berkurang.
Penelitian baru ini mengeklaim bawah penurunan tajam kepiting salju erat kaitannya dengan suhu musim panas yang lebih tinggi di sekitar dasar laut, tanda pasti bahwa kolam dingin yang penting bagi lingkungan kepiting semakin berkurang. Mereka juga menemukan adanya peningkatan kelimpahan predator utama (ikan kod Pasifik) dan penyakit kepiting pahit, yang keduanya merespons pemanasan laut secara positif.
“Kombinasi berbagai faktor inilah yang menyebabkan kepunahan kepiting salju,” kata Litzow. “Semua faktor ini merupakan hasil dari perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia sejak dimulainya Revolusi Industri di awal tahun 1900-an. Faktor-faktor ini menunjukkan adanya transisi menyeluruh menuju kondisi boreal di tenggara Laut Bering selama tahun-tahun yang hangat.”
ADVERTISEMENT