Misteri Laut Jawa Bersinar Bikin Kagum Ilmuwan, Apa Itu?

29 Juli 2022 6:39 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penampakan laut bercahaya 'mily sea' di selatan pulau Jawa, foto diolah untuk memperjelas objek. Foto: Steven D. Miller, NOAA
zoom-in-whitePerbesar
Penampakan laut bercahaya 'mily sea' di selatan pulau Jawa, foto diolah untuk memperjelas objek. Foto: Steven D. Miller, NOAA
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pada 2019 lalu, ilmuwan menemukan struktur bersinar raksasa di Laut Jawa, lautan di selatan Pulau Jawa, melalui citra satelit. Area laut seluas 100.000 kilometer persegi bersinar redup, setara tiga kali luas Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
Fenomena alam ini dikenal dengan nama milky sea, lebih karena kemiripannya dengan galaksi Milky Way (Bima Sakti), tapi di laut. Fenomena ini beberapa kali dilaporkan oleh pelaut, tapi masih misterius karena jarang terekam kamera.
Salah satu satelit Joint Polar Satellite System (JPSS) milik National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) AS menangkap citra milky sea di Laut Jawa pada Agustus 2019. Satelit ini dilengkapi dengan sensor cahaya redup yang memungkinkan menangkap gambar cahaya redup di lautan.
Stephen D. Miller, peneliti dari dari Department of Atmospheric Science and Cooperative Institute for Research in the Atmosphere, Colorado State University, mengatakan bahwa kemungkinan fenomena ini disebabkan oleh bakteri yang dilengkapi kemampuan bersinar (bioluminescent).
"Karena perilaku cahaya yang stabil, kami percaya milky sea ini disebabkan oleh bakteri bercahaya," ungkap Miller kepada kumparanSAINS, Kamis (28/7).
ADVERTISEMENT
Di makalah penelitiannya ia mengatakan bahwa cahaya ini mungkin cara bakteri tersebut berkomuniasi di koloni.
“Mereka dianggap disebabkan oleh bakteri bercahaya, berkomunikasi satu sama lain dan memicu respons bercahaya setelah mencapai populasi kritis melalui proses yang disebut penginderaan kuorum.” Tulis Miller di makalah penelitian yang terbit di Proceedings of the National Academy of Sciences.
Foto satelit dari milky sea Laut Jawa. Foto: Steven D. Miller, NOAA

Dikonfirmasi dengan pengamatan langsung

Pada 2019, sebuah kapal pesiar bernama Ganesha sedang melintasi Laut Jawa dalam perjalanannya dari Lombok menuju pulau Cocos, Samudera Hindia.
Ketika itu, kira-kira jam 10 malam waktu setempat, kru melihat cahaya bukan berasal dari langit, melainkan dari laut. Laut bersinar dideskripsikan lebih terang dari langit malam dan sinarnya dari laut sampai ke horizon.
Apa yang sedang dilihat kru Ganesha adalah milky sea, dan mereka melihat apa yang terlihat oleh satelit JPSS dari ratusan kilometer di luar angkasa saat itu. Kru bahkan sempat mengambil beberapa foto yang kemudian digunakan oleh Miller untuk dianalisis.
ADVERTISEMENT
“Saat bangun jam 22.00 laut sudah putih. Tidak ada bulan, laut tampaknya penuh, plankton? Tapi gelombang ombak gelap! Ini memberi kesan berlayar di atas salju,” ujar salah satu kru, dikutip dari makalah studi.
Penampakan milky sea secara langsung oleh kru kapal Ganesha. Atas: Kru Ganesha. Kiri: tangkapan kamera Gopro. Kanan: tangkapan Samsung S9+,. Foto: Ganesha Crew, Stephen D. Miller
Hipotesis sebelumnya mengatakan bahwa milky sea disebabkan bakteri yang mengumpul di permukaan laut. Namun pengamatan langsung oleh Ganesha mengungkap bahwa sumber cahaya tersebut setidaknya tenggelam beberapa meter di bawah laut, dan tidak terbawa ombak permukaan.
“Ganesha memasuki perairan bercahaya ini secara tiba-tiba, dan, setelah itu, seluruh lautan secara signifikan lebih terang daripada langit malam—mempertahankan cahaya yang sebagian besar homogen dan stabil ke cakrawala,” tulis makalah tersebut.

Minim penampakan dan misterius

Laut memang bersinar. Setidaknya itulah kabar yang sudah tersebar ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Charles Darwin sempat menemukan satu ketika ia berlayar pada ekspedisi legendarisnya dengan H.M.S Beagle.
ADVERTISEMENT
Darwin mendeskripsikannya sebagai “sebuah tontonan yang indah dan paling menakjubkan.” Sejauh mata memandang, dia menambahkan, “puncak setiap gelombang bersinar.”
Miller juga menjelaskan di makalahnya bahwa pelaut di sekitar Samudera Hindia dan sekitar Indonesia (Maritime Continent) melaporkan penampakan laut bersinar sejak beberapa dekade lalu.
"Kami pikir mereka jarang terjadi di alam. Plankton blooms terjadi di seluruh lautan dunia, sepanjang waktu, tetapi milky sea tidak," lanjut Miller.
Ilustrasi plankton bloom. Foto: Sawarin Yawong/Shutterstock
Plankton bloom adalah fenomena yang mirip, di mana plankton menyebabkan laut bersinar tapi hanya di area yang kecil, dan mereka mengapung di permukaan air.
Miller menjelaskan perbedaan milky sea dengan plankton bloom adalah, milky sea memiliki "cahaya yang stabil, dan juga sifatnya yang tersebar luas, yang membedakannya dari fitoplankton (dinoflagellata)."
ADVERTISEMENT
"(Fitoplankton) menghasilkan kilatan cahaya singkat di atas skala lokal, yang berlawanan dengan cahaya (milky sea yang) terus menerus dan tak terputus di wilayah besar (1000 km persegi)."
Milky sea bersinar dalam sekali atau dua kali setahun. Ada beberapa lokasi fenomena ini pernah tercatat. Satu kejadian diamati oleh kapal penelitian Angkatan Laut AS pada 1985 di laut Arab. Kemudian kapal dagang Inggris juga mengamatinya di lepas pantai Somalia pada 1995.
Beberapa kali didokumentasi, ilmuwan masih belum dapat mengambil sampel milky sea. Sampel langsung ini sangat penting untuk memahami komposisi, serta struktur milky sea.
“Banyak pertanyaan terkait struktur, komposisi, dan signifikansi milky sea menunggu pengambilan sampel di tempat untuk dijawab sepenuhnya," tambah Miller di makalah.
ADVERTISEMENT
"Sekarang, dengan konfirmasi kemampuan DNB (satelit NOAA) untuk mengidentifikasi milky sea secara independen dari luar angkasa, kami berada dalam posisi yang jauh lebih baik untuk mempelajarinya.”