NASA: 2020 Jadi Tahun Terpanas Bumi Sepanjang Sejarah

18 Januari 2021 14:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kebakaran hutan di dekat desa Volodymyrivka di zona eksklusi di sekitar pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl, Ukraina, Minggu, (5/4). Foto: AP PHOTO/Yaroslav Yemelianenko
zoom-in-whitePerbesar
Kebakaran hutan di dekat desa Volodymyrivka di zona eksklusi di sekitar pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl, Ukraina, Minggu, (5/4). Foto: AP PHOTO/Yaroslav Yemelianenko
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tahun 2020 mencatatkan satu rekor buruk lain yang perlu kita perhatikan terkait perubahan iklim. Menurut badan antariksa AS, NASA (National Aeronautics and Space Administration), tahun kemarin adalah periode paling panas yang pernah dicatatkan Bumi.
ADVERTISEMENT
Suhu permukaan rata-rata global Bumi pada tahun 2020 setara dengan 2016 sebagai tahun dengan kenaikan suhu panas paling tinggi yang pernah tercatat, menurut analisis NASA.
Meski setara, NASA yakin analisisnya memiliki sedikit margin of error atau jumlah kesalahan yang biasa terjadi pada pengambilan sampel dalam survei yang dilakukan oleh peneliti. Dengan begitu, mereka percaya 2020 adalah tahun terpanas yang pernah dicatatkan Bumi, melampaui tahun 2016.
Di tahun kemarin, suhu rata-rata global naik 1,84 derajat Fahrenheit (1,02 derajat Celsius) jika dibandingkan rata-rata suhu pada 1951-1980. Catatan ini melanjutkan tren pemanasan global yang terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
"Tujuh tahun terakhir telah menjadi tujuh tahun terpanas dalam catatan, melambangkan tren pemanasan yang sedang berlangsung dan dramatis," kata Direktur Goddard Institute for Space Studies (GISS), Gavin Schmidt, dalam keterangan resminya.
ADVERTISEMENT
“Apakah rekor satu tahun atau tidak, tidak terlalu penting--yang terpenting adalah tren jangka panjang. Dengan tren ini, dan seiring dengan meningkatnya dampak manusia terhadap iklim, kami menduga bahwa rekor akan terus dipecahkan."
Peningkatan suhu Bumi di tahun 2020 juga didukung oleh penelitian tentang pemanasan global yang dilakukan oleh National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA). Menurut para peneliti NOAA, suhu Bumi meningkat 0,98 derajat Celsius di atas rata-rata.
Meski demikian, peneliti NOAA menemukan bahwa 2020 sebenarnya adalah tahun terpanas kedua, setelah 2016. Berdasarkan analisis mereka, kenaikan suhu di tahun 2020 lebih rendah 0,04 derajat Celsius ketimbang kenaikan suhu Bumi pada tahun 2016.
Perbedaan kesimpulan antara NOAA dan NASA kemungkinan besar disebabkan oleh perbedaan metode yang dipakai, kata NASA.
ADVERTISEMENT
Pertama, ilmuwan NOAA menggunakan perbandingan dasar suhu rata-rata dari tahun 1901-2000. Selain itu, berbeda dengan NASA, NOAA juga tidak menyimpulkan suhu di daerah kutub yang kurang observasi.
Namun, kedua data tersebut dapat membantu kita menyadari bahwa Bumi terus-terusan panas dalam beberapa tahun belakangan.
Tujuh tahun terpanas di dunia yang tercatat sekarang semuanya terjadi sejak 2014, dengan 10 tahun terpanas terjadi dalam 15 tahun terakhir. Saat ini, selama 44 tahun berturut-turut suhu global berada di atas rata-rata abad ke-20.
Ilustrasi kekeringan. Foto: Raisan Al Farisi/ANTARA FOTO
Para ilmuwan mengatakan, suhu rata-rata akan terus naik karena jumlah besar gas rumah kaca yang kita keluarkan ke atmosfer.
"Ini bukan normal baru," kata Schmidt, kepada The Guardian. "Ini adalah awal dari lebih banyak (rekor suhu terpanas) yang akan datang."
ADVERTISEMENT
Krisis iklim secara drastis mengubah proses lingkungan di seluruh dunia, menurut laporan NOAA. Luas rata-rata tahunan es laut di Kutub Utara, misalnya, saat ini hanya sekitar 3,93 meter persegi saja.
Catatan itu merupakan rata-rata luas es laut tahunan terkecil yang pernah tercatat, setara dengan 2016. Faktanya, NOAA mencatat dalam laporan mereka, lima rata-rata luas es tahunan terkecil dicatat dalam lima tahun terakhir.
Sementara itu, lautan di tahun 2020 "sangat hangat", kata NOAA. Tahun kemarin menjadi tahun ketiga kenaikan suhu lautan tertinggi. Catatan tahun 2020 hanya kalah dengan tahun 2019 dan 2016.
Seekor beruang kutub jantan menunggu es laut kembali di Area Pengelolaan Margasatwa Churchill, Manitoba, Kanada. Foto: Gloria Dickie/Reuters
Rata-rata tutupan salju tahunan untuk belahan Bumi utara juga yang terendah keempat yang pernah tercatat. Meningkatnya suhu di atmosfer dan air pada akhirnya menyebabkan gletser mencair, naiknya permukaan laut, serta membantu memicu badai yang lebih besar dan lebih merusak.
ADVERTISEMENT
"Pemanasan global tidak serta merta meningkatkan formasi badai tropis secara keseluruhan, tetapi ketika kita mendapat badai, badai itu kemungkinan besar akan menjadi lebih kuat," jelas Jim Kossin, seorang ilmuwan atmosfer di NOAA, kepada The Guardian. “Dan yang terkuatlah yang paling penting.”
Kenaikan suhu iklim yang tercatat pada tahun kemarin juga terjadi berbarengan dengan berbagai bencana alam hebat di tahun 2020.
Pada awal tahun lalu, misalnya, kebakaran hutan yang hebat melanda Australia bagian timur. Selang beberapa bulan, wilayah California, AS, juga mengalami kebakaran hutan yang serupa. Sementara itu, wilayah Arktik mengalami suhu yang mencengangkan di atas rata-rata berkat kebakaran hutan, yang menurut pemerintah Rusia, disebabkan oknum tak bertanggung jawab untuk menutupi penebangan hutan secara ilegal.
ADVERTISEMENT
“Tahun ini telah menjadi contoh yang sangat mencolok tentang bagaimana rasanya hidup di bawah beberapa efek perubahan iklim yang paling parah yang telah kami prediksi,” kata Lesley Ott, ahli meteorologi penelitian di NASA.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB António Guterres mengatakan bahwa kita sedang menuju bencana "kenaikan suhu 3-5C abad ini,”. "Berdamai dengan alam adalah tugas penting di abad ke-21. Ini harus menjadi prioritas utama untuk semua orang, di mana saja," kata dia.