NASA: Planet Saturnus Bakal Kehilangan Cincinnya

19 Desember 2018 12:05 WIB
clock
Diperbarui 15 Maret 2019 3:52 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Planet Saturnus. (Foto: Pixabay/looser)
zoom-in-whitePerbesar
Planet Saturnus. (Foto: Pixabay/looser)
ADVERTISEMENT
Saturnus, planet terbesar kedua di tata surya kita setelah Jupiter, akan kehilangan cincinnya. Hal ini diungkap oleh para ilmuwan badan antariksa AS NASA dalam hasil riset terbaru mereka.
ADVERTISEMENT
Penelitian mereka mengatakan, cincin planet Saturnus akan hilang dalam kurun waktu 300 juta tahun. Cincin itu juga disebut telah kehilangan banyak massanya.
Sebelumnya, dari data yang diambil oleh satelit Voyager 1 dan 2, para peneliti telah menemukan bahwa cincin Saturnus memang sedang kehilangan massanya. Kejadian ini dikonfirmasi oleh satelit Cassini yang menyelesaikan misinya dengan "menabrak" cincin Saturnus pada September 2017.
Hasil riset ini dilaporkan dalam jurnal Icarus. Riset ini memberikan hasil analisis baru atas Saturnus dari pengamatan yang dilakukan dengan teleskop Keck di Hawaii.
Dalam riset ini tim peneliti mempelajari riset sebelumnya mengenai cincin Saturnus yang menghitung kejadian "ring rain" atau kehilangan jumlah massa di cincin itu. Lalu mereka menggunakan hasil analisis dari Keck untuk mengonfirmasi dan mengembangkan pemahaman yang sudah ada.
ADVERTISEMENT
Dari situ, para peneliti menemukan bahwa cincin Saturnus mengalami kehilangan massa.
Cincin Saturnus dalam sudut yang luas (Foto: NASA/JPL-Caltech/Space Science Institute)
zoom-in-whitePerbesar
Cincin Saturnus dalam sudut yang luas (Foto: NASA/JPL-Caltech/Space Science Institute)
"Kami mengestimasi bahwa 'ring rain' menguras sejumlah cairan dari cincin Saturnus yang bisa mengisi kolam renang sekelas Olimpiade dalam waktu setengah jam," kata pemimpin riset James O’Donoghue, dikutip dari Newsweek.
"Dari sini, keseluruhan sistem cincin akan hilang dalam kurun waktu 300 juta tahun, tetapi jika kita juga memperhitungkan data dari Cassini yang mendeteksi adanya material cincin yang jatuh ke ekuator Saturnus maka cincin hanya punya waktu kurang dari 100 juta tahun. Usia ini secara relatif sangat pendek, dibandingkan dengan usia Saturnus yang lebih dari 4 miliar tahun," tambah peneliti dari Goddard Space Flight Center NASA itu.
Cincin Saturnus sekarang sedang ditarik oleh gravitasi planet itu sendiri. Sebenarnya belum diketahui dengan pasti apakah cincin, yang sebagian besar terbuat dari air dan es, terbentuk pada waktu yang sama dengan planet tersebut atau cincin itu terbentuk pada waktu lain.
Saturnus di sisi gelap tak tersorot Matahari (Foto: NASA/JPL-Caltech/Space Science Institute)
zoom-in-whitePerbesar
Saturnus di sisi gelap tak tersorot Matahari (Foto: NASA/JPL-Caltech/Space Science Institute)
Menurut temuan terbaru, ada dugaan cincin Saturnus terbentuk dari bulan-bulan satelit kecil, asteroid serta komet, yang terperangkap gravitasi Saturnus dan saling bertabrakan. Riset juga mengindikasikan bahwa Saturnus mendapat cincinnya kurang dari 100 juta tahun lalu.
ADVERTISEMENT
"Kita beruntung untuk hidup di masa ini dan melihat sistem cincin Saturnus yang tampaknya muncul di tengah-tengah masa hidupnya," kata O’Donoghue.
"Tapi, jika cincin ini hanya sementara saja, mungkin kita kehilangan kesempatan melihat cincin serupa di Jupiter, Uranus, dan Neptunus, yang sekarang hanya memiliki cincin halus tipis sekarang," tambah dia.
Para peneliti berharap untuk melihat bagaimana ring rain berubah pada musim berbeda, yakni ketika cahaya ultraviolet Matahari mengubah kuantitas massa yang hilang.
"Dengan asumsi bahwa perhitungan kami atas Saturnus di musim semi utara menunjukkan hal yang sama pada musim lainnya, dan bahwa cincin bisa merombak dirinya sendiri, mekanisme ring rain saja akan menguras cincin Saturnus dalam waktu 292 juta tahun," tulis kesimpulan para peneliti dalam hasil riset ini.
Cincin utama Saturnus dan penampakan dua bulannya (Foto: NASA/JPL-Caltech/Space Science Institute)
zoom-in-whitePerbesar
Cincin utama Saturnus dan penampakan dua bulannya (Foto: NASA/JPL-Caltech/Space Science Institute)
ADVERTISEMENT