Negara Penyumbang Sampah di Luar Angkasa, Mana Terbanyak?

3 Januari 2020 18:06 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi satelit di luar angkasa. Foto: Free-Photos via Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi satelit di luar angkasa. Foto: Free-Photos via Pixabay
ADVERTISEMENT
Kemajuan teknologi komunikasi jarak jauh membuat para elit teknologi berbondong-bondong menyediakan layanan tercepat dan paling berkualitas bagi seluruh pelanggannya. Untuk itu, berbagai pihak saling berlomba meluncurkan satelit paling andal ke luar angkasa.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, gara-gara hal itu, luar angkasa jadi penuh dengan ‘sampah’ satelit yang berserakan di langit. Sampah itu bukan hanya berasal dari ribuan satelit yang sudah tidak berfungsi, tapi juga dari puing-puing roket yang mengantarkan satelit sehingga bisa mengorbit.
Satelit yang saling bertabrakan, karena terlalu padatnya ruangan di orbit, juga menghasilkan sampah yang lebih banyak lagi. Semua sampah itu pun hingga saat ini mengotori luar angkasa, terutama di wilayah orbit Bumi.
Setidaknya, ada empat negara yang dituduh jadi biang kerok sampah-sampah luar angkasa ini, yaitu Amerika Serikat, Rusia, China, dan India. Namun, menurut Menteri Sains dan Teknologi Pakistan, Fawad Chaudhry, India menjadi penyumbang sampah terbanyak.
Ilustrasi satelit. Foto: PIRO4D via Pixabay
Pernyataan itu ia katakan setelah NASA menemukan kepingan pesawat luar angkasa India yang bertabrakan di Bulan pada September. Tapi, benarkah India menjadi penyumbang sampah luar angkasa terbesar?
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Orbital Debris Programme Office (ODPO) dari US Space Surveillance Network (Jaringan Pengawasan Luar Angkasa AS), hingga saat ini ada lebih dari 23.000 kepingan sampah luar angkasa berukuran lebih dari 10 centimeter.
Sebagaan besar sampah berserakan pada ketinggian 2.011 km dari permukaan Bumi bersama dengan sekitar 2.000 satelit buatan lainnya yang masih berfungsi di sekitar Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).
ODPO menjelaskan bahwa tabrakan mungkin saja terjadi karena banyak kepingan sampah yang berasal dari tumpukan puing-puing di luar angkasa. Ketika China menguji misil dari salah satu satelit cuacanya pada tahun 2007, ada sekitar 3.000 serpihan yang dihasilkan.
Ia juga menambahkan bahwa tabrakan yang tidak disengaja antara satelit komunikasi AS dan Rusia pada 2009 juga menyumbangkan jumlah serpihan besar di orbit.
ADVERTISEMENT
Siapa penyumbang sampah luar angkasa terbanyak?
Untuk penyumbang sampah luar angkasa sendiri, ODPO mengatakan bahwa India masih menghasilkan sampah luar angkasa yang lebih sedikit dibandingkan tiga penyumbang polusi luar angkasa terbesar, yakni Rusia, AS, dan China.
Hanya saja, memang sampah luar angkasa yang berasal dari India mengalami peningkatan sebanyak 163 buah pada 2019, naik dari 117 pada 2018. Selama tahun ini saja, India menjadi negara keempat yang melakukan tes misil anti-satelit pada Maret silam.
Tes itu dikabarkan dilakukan pada ketinggian yang dapat mencegah adanya sampah di orbit Bumi. Namun, AS tetap mengecam tes tersebut karena tiga bulan setelah tes dilakukan, NASA menemukan ada sekitar 50 serpihan sampah.
Galaksi Bimasakti Foto: Pexels
"Apakah tindakan China lebih satu dekade lalu yang lebih buruk secara teknis, atau India yang menghasilkan serpihan baru-baru ini, dan seharusnya mengetahui bahwa apa yang mereka lakukan mempengaruhi semua orang," kata Christopher D Johnson, penasehat hukum luar angkasa Secure World Foundation, AS, kepada BBC News.
ADVERTISEMENT
"Kita seharusnya belajar dari peristiwa yang terjadi sebelumnya dan menyadari bahwa tidak ada alasan yang dapat diterima terkait dengan serpihan sampah luar angkasa, yang mengancam kemungkinan setiap orang untuk dapat menggunakan luar angkasa."
Cara menanggulangi sampah di luar angkasa
Siapa pun penyumbang sampah luar angkasa paling banyak, Fawad Chaudhry hanya ingin seluruh masyarakat internasional untuk menyelidiki misi luar angkasa yang "tidak bertanggung jawab" itu. Hingga kini, orbit Bumi jadi lebih ramai dengan ribuan satelit yang beroperasi.
Belum lagi, ke depannya, bakal ada lebih banyak peluncuran yang akan dilakukan dan dapat meningkatkan kemungkinan tabrakan hingga menyebabkan bertambahnya puing-puing sampah di luar angkasa.
Ilustrasi luar angkasa. Foto: ESA/Hubble & NASA
Namun, memang hingga saat ini belum ada aturan dari manapun terkait uji satelit seperti ini. Beberapa negara dan perusahaan swasta masih mencari cara untuk mengurangi puing-puing luar angkasa. Beberapa idenya memerlukan alat seperti tombak, magnet raksasa, dan jaring.
ADVERTISEMENT
Pada 2025 mendatang, Badan Antariksa Eropa akan meluncurkan misi luar angkasa pertama untuk mengeruk sampah puing-puing dari orbit Bumi. Namun NASA mengatakan bahwa membersihkan luar angkasa tetap menjadi tantangan teknis dan ekonomi.