Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
ADVERTISEMENT
Kasus antraks kembali muncul dan menimpa warga Gunungkidul, Yogyakarta. Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunung Kidul pada Rabu (16/1) melaporkan ada 27 warganya yang positif terpapar penyakit antraks.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, vaksin untuk manusia di Indonesia sampai saat ini belum tersedia. Hal ini ditegaskan pula oleh dr. Siti Nadia selaku Direktur Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.
“Antraks adalah penyakit hewan yang menular kepada manusia, tidak ada vaksinnya,” papar dr. Siti, saat dihubungi kumparanSAINS, Kamis (16/1).
Sebagai respons atas kasus antraks yang menimpa warga Gunungkidul, Menteri Kesehatan Terawan telah mengirimkan tim ke wilayah tersebut. Sejauh ini, upaya yang dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) adalah dengan memberikan antibiotik kepada warga Gunungkidul yang terkena antraks.
ADVERTISEMENT
"Obatnya ya antibiotik. Sekarang baru dilakukan antibiotik. Karena semua kena karena makan daging sapi yang mati mendadak ya," kata Terawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (16/1).
Antibiotik merupakan kelompok obat yang umum digunakan untuk mengatasi dan mencegah infeksi bakteri. Obat ini bekerja dengan cara membunuh dan menghentikan bakteri berkembang biak di dalam tubuh.
Dilansir Medline Plus, ada beberapa jenis antibiotik yang umum digunakan untuk mengobati penyakit antraks. Dokter atau ahli medis biasanya akan meresepkan jenis antibiotik seperti penisilin, doksisiklin, dan siprofloksasin.
ADVERTISEMENT