Orang yang Sedang Marah Cenderung Merasa Lebih Pintar

6 Agustus 2018 19:50 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi marah (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi marah (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Jangan membuat keputusan penting saat marah. Kira-kira begitulah nasihat yang sering kita dengar dari orang tua. Dan menurut hasil riset terbaru, ada baiknya kita menuruti nasihat tersebut.
ADVERTISEMENT
Sebab, dalam riset terbaru yang dipublikasikan di jurnal Intelligence, para peneliti menemukan bahwa orang yang sedang marah cenderung berpikir bahwa mereka lebih pintar dari yang sebenarnya. Menurut peneliti, rasa marah cenderung berkaitan dengan persepsi risiko optimis dan juga bias optimis. Hal tersebut bisa membuat seseorang yang sedang marah cenderung merasa dirinya lebih baik.
"Saya ingin mengetahui apakah orang dengan sifat marah yang tinggi bisa membuatnya memiliki bias dalam mempersepsikan kemampuan serta kompetensinya. Secara spesifik, saya menguji apakah kemarahan menyebabkan ilusi kepintaran positif," ujar Marcin Zajenkowski, pemimpin riset ini, seperti dikutip dari Psypost.
Riset ini diikuti oleh 528 peserta. Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa orang-orang yang mengaku cepat marah cenderung menganggap dirinya lebih pintar daripada yang seharusnya.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi marah  (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi marah (Foto: Thinkstock)
Dalam riset ini para peneliti menilai tingkat marah para peserta, kemudian peserta diminta untuk menilai tingkat kepandaian mereka sendiri, dan lalu peserta diminta untuk melakukan tes kepandaian.
"Individu dengan sifat marah yang tinggi memiliki tendensi untuk menilai bahwa diri mereka lebih pintar daripada sebenarnya. Bagian ini diasosiasikan dengan ilusi narsistik pada sikap marah," kata Zajenkowski.
Ditemukan juga bahwa meski kemarahan diasosiasikan dengan perilaku merasa lebih pintar dari seharusnya, rasa marah tidak berpengaruh pada tingkat kepintaran seseorang.
"Riset kami hanya mempelajari sifat marah (pada sejumlah orang), yang memiliki kecenderungan untuk berubah-ubah. Namun begitu, (diharapkan) riset selanjutnya bisa memperkaya pemahaman dengan mempelajari apakah rasa marah dalam waktu sebentar juga menyebabkan terjadinya persepsi bias atas kemampuan diri sendiri," imbuh Zajenkowski.
ADVERTISEMENT